Memeluk hampa yang membeku di dada
Karena sukma ini tak tahu harus mengarah ke mana
Mencari makna di setiap untaian kata
Namun, yang kutemui hanyalah rentetan luka
Perihal tawa di luar sana yang terus bersahutan
Berkali-kali mencoba meyakinkan, namun dada tetap sunyi menekan
Hari-hari berlalu bagaikan bayang yang enggan menetap
Hadir, namun tak pernah sungguh mendekap
Langkahnya ringan, tapi tak bernyawa
Seakan raga dan sukma tak saling menyapa
Kutatap kosong ke arah yang entah
Namun tak jua kutemukan arah yang ramah
Dalam ruang kosong yang tak pernah tenggelam
Segalanya terasa asing, rindu merayap dalam kelam
Berbisik lirih dalam gelap yang menyesak
Menanti cahaya, meski hanya secuil retak