Sudah lama inginku usaikan kata-kata
kerap tertahan di ujung mata
dan hanya selesa
pada kalbu yang terus merana.
Semenjak realitas menukik berat
tak tahu lagi bagaimana harus mengikat
sedangkan diri sendiri tercekat
memilih pamit tanpa lekat.
Biar tiada lagi puisi tentangmu
dan kubuang sisa-sisa ramu
baris demi baris kadung memburu
pada kerinduan yang menitis abu.