Di balik bingkai berdebu itu, ada kenangan yang diam,
seperti langit sore yang kehilangan jingga terakhirnya.
Tawa yang dulu riuh kini membeku di kertas pudar,
menyisakan gema kecil yang tak lagi berpulang.
Kau tersenyum di sana, abadi dalam cahaya yang redup,
sementara waktu menulis jarak di antara bayangan kita.
Aku menatapmu lagi, berharap senyum itu bicara,
meski hanya lewat debu yang menempel di sudut foto lama.
Kini foto itu bukan sekadar gambar, tapi jendela yang retak,
membuka sedikit kisah yang nyaris terlupa.
Tawa kita masih ada, tak utuh, tapi tetap hangat,
menjadi sisa cahaya di ruang sunyi bernama rindu.
Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
[PUISI] Tawa yang Tersisa di Balik Foto Kusam

ilustrasi foto (pexels.com/ladyslav Dukhin)
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Editor’s Picks
Editorial Team
EditorYudha
Follow Us