Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
[PUISI] Tembang Nestapa di Pinggir Senja

ilustrasi waktu (pexels.com/Samer Daboul)
Aku adalah sungai yang kehilangan muaranya,
mengalir dalam dendang luka yang tak bernama.
Senja menggantung di pelupuk cakrawala,
tapi kau, kekasih, hanya bayang samar di batas cahaya.
Aku memanggil namamu dalam angin yang renta,
seperti daun-daun tua yang melagukan derita.
Langit meruapkan wangi kemarau yang murung,
dan sunyi adalah sajak yang kau tinggalkan di dadaku.
Di pelataran waktu yang hampir roboh,
aku menunggu seperti perahu tanpa dermaga.
Kesedihan ini tak bertuan,
menjadi sunyi yang merayap di tubuh ingatan.
Kau adalah hujan yang lupa jalan pulang,
sementara aku, tanah yang retak dalam penantian.
Aku ingin menjelma debu,
tertiup angin, melupa luka, menjauh darimu.
Editor’s Picks
Editorial Team
EditorM. IRHAM MAOLANA
Follow Us