Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pasangan (pixabay.com/RonBerg)

Secangkir kopi dan secarik kertas terpotong rapi
Irama intuisi berlomba keluar dari dalam diri
Berangan-angan dan berandai-andai
Akankah berbeda sinema hidupku?
Bila tidak bertemu denganmu

Meski aku tahu sudah ada garisan nasib
Namun guratan kehidupan bisakah berubah?

Yang pasti aku sangat bersyukur diri
Memilikimu dengan segenap hati
Batin tak lagi miskin, raga tak lagi hampa
Kau datang penuh cinta dan makna
Menerimaku apa adanya dan tanpa mencela

Namun, aku takut, belum mampu berikan bahagia untukmu
Masih berjihad meniadakan minim rupiah
Makan dengan lauk seadanya serta motor butut yang mengantar kita kerja
Tidur beralaskan dipan tua dengan bantal sederhana
Tak lupa hanya selimut tipis motif garis dengan warna menjelang usang

Setiap kali itu melintas di dalam benakku
Seperti telepati kau baca pikiranku

“Mas, bahagia bukan hanya dari banyaknya harta, engkau sungguh-sungguh berjuang, aku sudah bangga dan bahagia. Harapan selalu ada bagi kita yang tiada lelah berusaha.”

Kalimat darimu yang membuat aku nelangsa
Dan di saat yang sama juga dihinggapi tenang bahagia
Kemudian kembali lagi ke bait ketiga
Baris satu sampai lima

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRiza AA