Kedua bola mata menatap dengan nanar
Mengintai dunia luar dengan arogansi liar
Sambil menerka-nerka dengan dursila yang kembali memoar
Perihal tindakan palsu pembawa semu yang lapar
Angkara murka masih terlalu berkuasa
Diri ini kadang tak berdaya
Lemah, lengah, mengalah begitu saja
Padahal sejatinya digdaya
Nafsu loba masih akrab bercengkerama
Diri ini begitu mudah salah dan lupa
Sedikit saja sudah terlena
Berlaku nista
Berlindung pada dinding bertemakan cinta
Padahal dusta semata
Entah sampai kapan kita terus terjerat belenggu tirani
Sedangkan tabir culas itu perlahan menipis pasti
Karena semua telah diketahui oleh Ilahi Rabi