[PUISI] Ujung Lisan yang Merintih

Detak jantung bergemuruh
Hujan badai tak menyurutkan langkah riuh
Berlari dengan debaran berpacu
Rasa bahagia yang tak menentu
Aku tak peduli masa lalumu
Tiada waktu memikirkan hati yang pilu
Ku terima kau dengan tangan terbuka
Demi kau, sang permata jiwa
Kasihku sepanjang masa
Cintaku abadi selamanya
Ujung lisan yan merintih tanpa suara
Kala ragamu terpampang nyata
Tampak kecemasan di wajahmu
Terlihat kepanikan pada jasmanimu
Kau ragu untuk mendekatiku
Bodoh! Kenapa tak langsung mendekapku?
Aku kan selalu memaafkanmu
Lupakan yang telah berlalu
Jangan ingat semua itu!
Ya, karena kau kan selalu menjadi bagian dari duniaku
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.