[PUISI] Bukan Sependek Galah 

Aku berseru, kasihku pun sepanjang masa!

Linang dari netranya adalah surat undangan
Selalu, alamatnya tertuju pada netraku
Tanpa pertimbangan, lalu hadir bercucuran
Disebab kulihat tulus tangisnya untukku

Peluh dari pelipisnya adalah surat tuntutan
Dan aku tahu, akulah seorang terdakwa
Tanpa persidangan, aku rela gerilya menyeka peluh
Disebab kulihat sengsaranya membuatku nyaman untuk tumbuh

Kecup dari bibirnya adalah surat kesepakatan
Dan keningku yang ada menjadi pihak kedua
Tanpa tawar aku berbaiat, akan kububuhkan cinta di setiap kecupnya
Disebab kulihat khawatirnya yang tak lekang oleh badanku yang mengembang

Dekap dari tubuhnya adalah payung nan teduh
Selalu, kujadikan tuju saat baskara menyengat angkuh
Tanpa kudengar kidung mereka tentang kasih dan galah, aku berseru: kasihku pun sepanjang masa!
Disebab telah kulihat kasihnya yang tak terhingga sepanjang masa

Baca Juga: [PUISI] Tak Perlu Melawan Takdir 

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Rommy Putra Viantoro Photo Writer Rommy Putra Viantoro

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya