[PUISI] Kelahiran Manungsa
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Meronta, dia bayi, di tengah waktu
Diiringi sendu dan tamu-tamu yang menjamu
dengan buah tangan dan buah bibir
Malangnya dia adalah manusia,
merajang harap, mengguncang diri sendiri
Harus siap sedia sebatang akasia di malam gelap
Memilin menari-nari
Akankah si kecil sampai di senja lusa nanti?
Jika sopir takdir sudi maka tarifnya tolong dilunasi
Jangan sampai keluarganya menanti, menjambak perut minta nasi
Eh, eh, eh
Bayang-bayang lolos kualifikasi
Jadi teman, jadi ekor yang setia
Sedia bantu di kala susah, sedih, linglung, lupa
Jadi apa saja yang berguna untuk empunya
Bantalmu dari duri yang kedua orangtuamu pintal berhari-hari
di tengah obrolan dan pertikaian yang agak ngeri
Masih beruntungnya kamu
Ya, begitu, memang harus disyukuri
Walau setan-setan berbisik dari tembok kontrakan kecil kalian
Semua rontok disapu tawamu
Dibawa ibumu ke luar kamar
Dibakar ayahmu jadi jelaga
Jadilah ksatria katanya
Seperti namamu
Tapi untuk siapa?
Tentu untuk diri sendiri, orang tua, teman-teman, orang baik,
orang teraniaya, atau makhluk bijak di angkasa sana
Doa-doa menyertai
Yang saking banyaknya engkau sampai tak perlu minta
yang lebih baik darinya
Baca Juga: [PUISI] Hilang dan Tak Bersisa
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.