[PUISI] Bengis: Buah Tangan Memori Tragis
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tak tau seberapa banyak detik mengawal nyawa dalam raganya
Hingga tak sedikit pula trauma kejam telah mengunci memorinya
Dendam-maaf mengisi alur hidupnya
Tak jarang, air mata jadi pintu pelariannya
Dia bukanlah preman atau berandal
Melainkan pecundang yang berlagak besar
Berlakon seperti raja yang bengis dan garang
Petantang-petenteng bak si paling benar
Sebab muak dan lelah dianggap sampah
Iya!
Dia sebenarnya manusia lugu
Bahkan tak marah jika disebut Si Dungu
Tapi, hatinya bagaikan siput kecil yang akan pecah ketika dibanting
Bisa apa dia, jika keruh telah mewarnai putihnya?
Baca Juga: [PUISI] Melukis Sketsa Wajahmu di Atas Kertas
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.