[PUISI] Sendiri Dulu
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Aku pernah,
tertawa renyah sembari ditatap
Bercerita ria dengan beribu ekspresi
Berjalan tersandung tetapi tidak terjatuh
Memandang manik mata kemudian malu-malu
Aku pernah,
berwajah polos lalu ditertawakan
Mengerucutkan bibir hingga bersuara mencicit
Menatap nyalang menantang berakhir dicubit
Mengacungkan jari tangan terimbas berpelukan
Aku juga pernah,
Berlari menutup mata takut dengan yang kulihat
Berjalan membungkam mulut agar cacian tak keluar
Terseok menyumbat telinga menghindar kenyataan
Bahkan aku pernah,
Kehujanan tanpa seorang pun ikut menemani
Ketakutan tanpa secuil pun sinar menerangi
Keresahan tanpa sedikit pun suara mengiringi
Sementara kini...
Aku menghalau diri dari kata cinta
Menutup puing-puing harapan rasa suka
Mengimbau pikiran agar tak mengenang bahagia
Tak mengingat lagi masa yang telah sirna
Aku hanya lelah terduduk sepi berirama alibi
Aku muak mendengar berbagai jeritan hati
Yang meminta istirahat dari segala perih
Yang meraung tersayat akibat pedih
Aku membiarkan diri berjalan sendiri
Membakar memori yang dulu pernah bersemi
Mengabaikan kepulan asal yang tak berarti
Yang seolah menggambarkan kurela kau pergi
Aku di sini
Masih adalah melodi yang mengalun indah
Namun inilah aku
Yang memilih terlepas dari berbagai letih
Baca Juga: [PUISI] Sesunyi Malam
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.