[PUISI] Bara Ambisi

Ilmu sebagai penerang jalan kehidupan manusia meraih asa

Dalam bentang sajadah merah, dengan peluh yang menggenangi amarah
Dalam remang pengharapan, dengan paksa mencari penerangan
Menggerogoti setiap hitam yang menoda asa, sirna
Dalam kalbu merenung memuji, satu persatu dilantunkan
Pucat pasi menakhlukkan ego, menghantarkan hasratnya berlayar dalam sahaja
Jemari tiada henti mendayung mengarungi, dalam kerendahan jiwa memuji Yang Kuasa
Mengalirlah pengharapan pada-Nya, dalam sujudnya, lekat

Tiada yang ingin,
Pengkhianatan, kesedihan, kehancuran yang membelenggu
Pada ukiran-ukiran di atas batu yang melapuk terhujani
Pada benih padi yang tiada lagi menghasil
Pada embun yang tak lagi mengalir pada celah dedaunan

Tiada yang ingin,
Terpendam asa pada batinnya, terkubur dalam-dalam pada tanah batu
Tak mengelak kelopak bunga yang kian berguguran
Kering kerontang menengadahkan keinginan
Di kaki langit mendoa pada Illahi
Kini tiada lagi putih itu, pada nurani yang berilmu
Tinggallah ia pada kenangan, menggumam pada rintih pilu
Lembar-lembar yang terkoyak oleh ego
Tiadalah air mata yang tersisa pada setiap koyaknya

Denganmu, ilmu yang mereda badai
Tiada lagi pijar-pijar api yang menyisakan abu
Tiada lagi yang menggelisah pada lelah
Tiada getir yang membunuh setiap pengharapan
Manusia-manusia yang berilmu, sebagaimana samudera atas ikan-ikannya
Sebagaimana terumbu atas ombak yang menerjang
Sebagaimana embun atas kesejukan yang mereda haus
Sebagaimana ilmu yang bukanlah tentang ego dan kuasa
Yang memberontak mengacau

Pada ilmu yang menerangi, menguntai pada leher kehidupan
Hingga di tubuhnya menjadi mata, tangan, kaki, dan juga hatinya
Entah berapa kuntum mawar yang berhasil menyimpan embun penghidupan
Entah berapa langit dan perjalanan sejarah yang berhasil menyimpan ribuan kisah melawan kerasnya ego, tak terhingganya kedamaian, bukannya pemberontakan

Bermuaralah semua empati,
Dengan ilmu yang melembutkan hati
Dengan alam yang selalu menjaga mimpi
Sirnalah semua empati, dengan ego yang membumbung membara
Pada ilmu yang hanya sekadar ilmu
Pada hati yang mati dan mengingkari

Baca Juga: [PUISI] Mahameru dalam Kenangan

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Yusnita Putri Photo Writer Yusnita Putri

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya