[PUISI] Cerita Melewati Tikungan Sepi 

Tempat gelap jauh dari keramaian manusia 

Yang kedua kali setelah kejadian sebelumnya
Di tempat itu, di tikungan itu, di waktu tenggelamnya matahari
Entah apa alasan hal ini terjadi?
Motor mogok dalam keadaan sunyi, sepi seakan menakuti

Jam sebelas lebih mendekati tengah malam
Malam terkenal, kliwon malam Jumat
Aku pulang sendiri tanpa seorang pun bersama
Tapi hati riang setelah mengobati rindu dari tongkrongan

Di kala jalan raya telah ku tinggalkan
Beralihlah pada jalur kecil hamparan aspal
Di antara dua pesawahan tempatnya bersiam
Namun jauh dari pemukiman orang-orang

Suasana menerkam mulai terasa sekujur tubuh
Malam yang dingin nan gelap
Menyelimuti raga dari ujung kaki hingga rambut
Sungguh tak sabar ingin cepat jauh segera

Tak nyaman rasanya lama waktu di sana
Melintas jalan terlihat bagus namun terasa rusak
Memang menipu tak seperti gambaran mata
Hingga tikungan itu, aku tekan tombol klakson

Bukannya berbunyi menandakan ucapan permisi,
Kenapa mesin motor malah mati?
Tepat di tikungan itu, mati rasa sukma terpojok tegang
Tepat di tikungan itu, raga diselimuti gelap gulita
Hanya secercah cahaya bulan mungkin cukup tuk menemani

Gelisah, itulah yang ku rasakan
Logika bertanya-tanya seribu tanya ingin jawaban
Jika mogok, kenapa harus di sana terulang kembali?
Waktu yang sama?
Mungkinkah ada hal mistis?

Akibatnya aku dorong kuda besi ini menuju pemukiman
Dengan tenaga yang sebelumnya terkuras habis rasa kaget
Menapak kaki melangkah, menggenggam motor mendorong
Melewati pepohonan rindang dan yang entah daunnya ke mana

Setengah jam berjalan memapah motor
Otot betis mengencang, telapak tangan terasa kebas
Aku berdoa,
Aku berharap,
Kuatkan diriku, Ya Allah

Subhanallah walhamdulillah wa laailaha ilallahu wallahu Akbar
Tak henti-hentinya lantunkan dzikir sebagai obat rasa takut takut
Bibir yang kering pun mulai membasah
Sampai akhirnya, titik cahaya rumah warga mulai mendekat
Suasana gelap pun mulai tergantikan dengan gemerlap lampu perumahan

Alhamdulillah, sungguh terucap dalam oleh hati maupun lisan
Rasa syukur mendalam bisa melewati tempat gelap nan sepi barusan
Pikiran negatif yang sedari tadi menghantui, kini sudah lenyap dalam logika
Namun sayang, ternyata masih meninggalkan jejak-jejak trauma

Baca Juga: [PUISI] Nestapa Alam

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Emzet Writer Photo Verified Writer Emzet Writer

Sekedar menulis, karena membuatku bahagia:)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya