7 Novel untuk Kamu yang Merasa Belum Mapan pada Usia 30-an

Remarkably Bright Creatures sebenarnya tipe buku dengan perspektif ganda. Ada tiga protagonis yang dipakai, tetapi salah satunya adalah pemuda 30 tahun yang sedang berusaha mencari keberadaan ayah biologisnya. Awalnya dilakukan demi warisan belaka, tetapi ia justru menemukan keluarga yang ia impikan selama ini dalam proses pencarian tersebut. 

Sering direkomendasikan dalam kategori healing fiction, novel The Midnight Library memang bekerja seperti salep pereda nyeri. Ia mengikuti sosok perempuan 34 tahun yang tak puas akan hidupnya; merasa menyesali berbagai langkah yang ia ambil; dan nekat mengakhiri hidupnya. Namun, sebelum ia benar-benar meninggalkan dunia, ia dapat kesempatan untuk mencoba menapaki hidup bilamana ia memilih jalan hidup lain. 

Welcome to Hyunam-dong Bookshop awalnya fokus pada si pemilik toko buku, Yeong Ju, bekas pekerja kantoran. Namun, sebenarnya, ada banyak karakter yang ikut dibahas, salah satunya Min Joon. Ia pemuda awal 30-an yang kesulitan dapat kerja dan akhirnya jadi barista di toko buku tersebut. Min Joon seperti manifestasi anak-anak muda masa kini dengan berbagai masalahnya, mulai dari sulit dapat pekerjaan hingga mencoba memberanikan diri untuk mengejar mimpi mereka.

Blue Sisters mengikuti perspektif empat saudari perempuan yang sudah dewasa dan hidup masing-masing. Lama berpisah, mereka dipertemukan kembali di rumah masa kecil keempatnya. Itu karena salah satu dari mereka meninggal tanpa aba-aba.

Rumah itu bukan hanya tempat biasa. Ada banyak memori dan kekecewaan yang menggema darinya. Khas masalah orang dewasa, novel ini membahas isu trauma antargenerasi hingga dukacita.

Dikenal sebagai salah satu penulis novel sastra modern yang paham betul isu-isu khas anak muda, kamu akan dibawa menyelami pergumulan batin empat orang berusia 30-an dalam Beautiful World, Where Are You. Pada usia-usia itulah, berbagai polemik hidup mulai menghantui, mulai dari pertemanan, percintaan, dan karier. Karakter buatan Rooney selalu bikin emosi karena dibuat serealistis mungkin dan sering kali bikin sebal karena mirip dengan pembacanya.

What I'd Rather Not Think About sebenarnya adalah monolog yang ditulis seorang pria setelah kematian saudara kembarnya. Meninggal tiba-tiba karena bunuh diri, ini jadi sebuah novel yang kaya emosi, sedikit suram, tetapi bisa jadi teman buat kamu yang juga merasa tersesat. Novel ini baru saja dapat nominasi The Booker Prize 2024. Kamu boleh colek, terutama kalau butuh buku yang menjelajahi isu dukacita.

Ditulis dengan kata ganti orang pertama, The New Me mirip buku harian seseorang yang tak sengaja kamu temukan. Lakonnya adalah perempuan 30-an yang terjebak dalam pekerjaan menial—yang tidak memerlukan banyak keterampilan—berupah rendah hingga membuatnya ingin mengeluh dan menghujat dunia. Sambat dan rasa kesalnya sering kali mencerminkan yang dirasakan orang pada umumnya, apalagi mengingat kondisi ekonomi sekarang yang tak ramah kelas pekerja. 

Belum mapan pada usia 30-an? Jangan rendah diri dulu, buku-buku di atas jadi bukti kalau kamu bukan satu-satunya yang sedang merasa tersesat. Tetap semangat dan yakin kalau semua bakal segera membaik!