6 Buku Sastra Indonesia yang Harus Kamu Baca Sebelum Berusia 30 Tahun

Agar kamu memahami makna hidup ini

Boleh dikatakan, buku menjadi konsumsi yang cukup diminati belakangan. Terlebih setelah boomingnya Trilogi Dilan, dan orang ramai-ramai memburunya. Buku yang baik adalah buku yang mampu menggugah pembacanya lewat berbagai aspek. Karena hanya lewat buku, orang dapat mengenali kehidupan dari sisi yang lain.

Buku-buku di bawah ini agaknya bisa menjadi acuan untuk kamu yang memiliki rasa ingin tahu serta semangat yang tinggi di masa muda yang produktif; untuk terus belajar dan belajar tanpa lelah.

Langsung saja kita simak buku-bukunya:

1. Saksi Mata - Seno Gumira Ajidarma

6 Buku Sastra Indonesia yang Harus Kamu Baca Sebelum Berusia 30 Tahungoodreads.com

Saksi Mata merupakan buku kumpulan cerpen yang ditulis oleh Seno, dan diterbitkan tahun 1994. Buku ini memuat 16 cerita pendek. Di awal kemunculannya, buku ini begitu menyita perhatian dari berbagai kalangan, mengingat, Saksi Mata merupakan cerpen berlatar isu politik tentang kejahatan militer atas insiden Timor-Timur. Oleh karena itu, Saksi Mata dikategorikan sebagai jurnalisme sastra.

Kumpulan cerpen ini merupakan napak tilas masa lalu untuk generasi saat ini, membaca Saksi Mata berarti membaca sejarah. 

Arok Dedes - Pramoedya Ananta Toer

6 Buku Sastra Indonesia yang Harus Kamu Baca Sebelum Berusia 30 Tahunpecandukata.com

Dari judulnya, mungkin sudah tidak asing. Ken Arok adalah seorang raja di Kerajaan Singhasari, dan istrinya yang bernama Ken Dedes. Namun, bagaimana cerita klasik ini bisa menjadi begitu memukau, adalah Pram yang menyajikannya dengan cara yang begitu indah.

Novel ini bukan hanya bercerita mengenai penggulingan kekuasaan serta peperangan yang berkecamuk, di baliknya terdapat kisah cinta yang begitu kuat. Dedes adalah istri dari Tunggul Ametung yang berkuasa di Tumapel, namun nasibnya berubah ketika ia bertemu dengan Ken Arok. 

3. Burung-burung Manyar - Y. B. Mangunwijaya

6 Buku Sastra Indonesia yang Harus Kamu Baca Sebelum Berusia 30 Tahungoodreads.com

Selanjutnya, novel yang berlatar di era revolusi Indonesia (1945-1949). Seorang tentara pribumi bernama Teto, yang bekerja sebagai tentara pendukung Belanda, menjalin kasih dengan seorang perempuan yang mendukung kemerdekaan Indonesia, bernama Larasati.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Menjelang akhir novel, terdapat kejutan yang menggelitik. Teto terbangkitkan jiwa nasionalismenya dengan menjadi relawan membongkar kecurangan perusahaan tempatnya bekerja yang merugikan Indonesia.

4. Godlob - Danarto

6 Buku Sastra Indonesia yang Harus Kamu Baca Sebelum Berusia 30 Tahunbukalapak.com

Godlob adalah kumpulan cerpen dari Danarto yang dirilis pada tahun 1987. Kumpulan cerpen ini mengajak kita untuk mengarungi kekayaan diksi dari seni sastra yang penuh dinamika dan imajinasi, serta dibalut dengan unsur-unsur religius.

Di cerita pertama, Godlob, seorang bapak membunuh anaknya sendiri agar sang anak dikenang sabagai pahlawan. Danarto mencampuradukkan konsep mengenai manusia, kematian, dan entitas agung yang bersifat ilahiah dan mengolahnya ke dalam satu bentuk utuh buku ini.

5. Raden Mandasia - Yusi Avianto Pareanom

6 Buku Sastra Indonesia yang Harus Kamu Baca Sebelum Berusia 30 Tahunfemina.co.id

Raden Mandasia merupakan novel yang berkisah tentang pertualangan yang dibalut dengan unsur komedi yang kental. Sang tokoh utama, Raden Mandasia, menjalani hari-hari memikirkan penyelamatan kerajaannya, Gilingwesi.

Perjalanan menuju Kerajaan Gerbang Agung merupakan perjalanan yang begitu jauh, Ia ditemani Sungu Lumbu yang diam-diam menyimpan dendam kepada dirinya sebagai bangsawan. Perjalanan yang begitu menggelitik, di samping keanehan Raden Mandasia yang senang mencuri daging sapi, sekali pun ia mampu membelinya.

6. Bumi Manusia - Pramoedya Ananta Toer

6 Buku Sastra Indonesia yang Harus Kamu Baca Sebelum Berusia 30 Tahungoodreads.com

Novel klasik Bumi Manusia merupakan seri pertama dari serial Tetralogi Pulau Buru yang memuat 4 seri. Novel ini bercerita tentang pemuda pribumi terpelajar di penghujung abad 19, di mana pemerintahan masih dikuasai kolonial Belanda kala itu.

Minke, tokoh utama, bertemu dengan seorang anak keturunan Belanda bernama Annelies. Pertemuan ini membuka seluruh jalinan cerita menjadi sangat menarik. Minke memiliki keresahan tentang kondisi masyarakat Jawa yang memprihatinkan, dan kegelisahan itu semakin menjadi ketika ia bertemu dengan Nyai Ontosoroh, ibu dari Annelies.

Minke dan Annelies menjalin cinta yang begitu pelik. Sebuah roman yang mengetuk hati dan pikiran kita begitu dalam. Sebuah karya yang cemerlang.

Sisihkan uang kalian, pergilah ke toko buku, dan selamat membaca!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya