#MahakaryaUntukAyahIbu: Kami Hanya Butuh Kamu

Sudahkah menelpon ibu dan ayahmu hari ini?

Artikel ini merupakan karya tulis peserta kompetisi storyline "Mahakarya untuk Ayah dan Ibu" yang diselenggarakan oleh IDNtimes dan Semen Gresik. 


 Jika bisa memutar balik waktu, mahakarya apa yang ingin kamu persembahkan untuk ayah dan ibu?
Waktu adalah jawabannya. 

Aku berjalan tergesa-gesa dengan ponsel terus berada di telingaku. Suara hak tinggi menggema di lobby kantorku, terdengar ribut karena ditambah ocehanku kepada seseorang di telepon.

"Kalau kamu memang tidak berniat untuk bekerja seharusnya dari awal kamu pergi. merepotkan!" ku matikan panggilan tersebut dengan kasar lalu mendesah panjang.

Tiba-tiba langkah tergesa-gesaku berhenti pada sebuah cermin besar di tengah lobby kantor. Aku menatap cermin besar yang dapat membiaskan seluruh badanku disana. Pakaian yang amat cantik mencerminkan seorang wanita karir yang sempurna. Lalu ku lihat sekeliling dari pantulan cermin. Semua pegawai terlihat sibuk berjalan kesana kemari. Dapat kita lihat tingkat stres tinggi yang mereka rasakan disana.

Aku memejamkan mataku, mengepalkan tangan dengan kuat dan kembalilah aku kepada masa disaat aku masih mahasiswa. Lihatlah aku gadis penuh ambisi saat itu belajar dengan keras di kamar untuk mengubah nasib sepeninggal mendiang ayahnya.

"Nak, ayo makan dulu...." Itu suara ibu sambil membuka kamarku. 

"Nanti saja bu, tugasku masih banyak." Ucapku acuh tanpa melihat wajah ibu.

 "Ya sudah nanti makan ya, kalau sudah selesai." lalu ia pergi sambil tertunduk lesuh.

Ibu makan sendirian di ruang tv sambil menonton acara kesayangannya. Hatiku sesak melihat ibu menyantap sendirian makanannya. Ia tak tertawa ketika acara TV komedi itu melontarkan leluconnya. Ibu hanya menatap kosong pada layar kaca.

Seharusnya aku tidak begitu... 

Lalu ingatanku terbang dimasa saat aku sudah bekerja. Aku bekerja sangat giat sampai aku dapat meraih posisi strategis di kantorku. Tak mengenal siang atau malam. Aku selalu sibuk dengan ponsel dan berkas-berkas yang terus menumpuk di meja kantorku ataupun dirumah.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

“Ibu ini sudah malam kenapa tidur di sofa? Sudah ku bilang jangan menungguku pulang kerja.” Ucapku kesal sambil masih menerima panggilan dari ponsel di tanganku.

“Anak ibu pulang, ibu sudah siapkan makanan di meja. Ibu hangatkan bagaimana?” ucapnya sambil tersenyum dengan setengah mengantuk.

“Tidak usah bu, aku tidak lapar.” kataku sambil berlalu pergi ke kamar. Ibu hanya dapat melihat punggungku sambil tersenyum getir.

 Apa yang sudah kulakukan?

Ingatan ku lalu berputar dan berhenti pada satu momen ketika aku memutuskan untuk merenovasi rumah kami. Hari itu, ibu terlihat amat bahagia.

“Ibu bangga kamu bisa sampai melangkah sejauh ini” Ucapnya sambil menatap rumah kami yang tengah di renovasi.

“Apa bu? Tadi aku tidak dengar.” Ucapku sambil menutup panggilan di ponsel. Ibu tidak menjawab, ia hanya tersenyum sambil menatap mataku dalam.

Ibu hanya ingin aku mendengarkannya...

Mataku perlahan dibuka, dan melepaskan kepalan tangan. Menatap sendu pada cermin besar yang sedari tadi sudah melihatkan bagaimana memalukannya aku.

Sebagai orang tua, kamu adalah mahakarya tuhan yang membawa kami pada kesempurnaan hidup. Bukan uang ataupun jabatan. Tapi kamu, anak kami. 

Suara mendiang ayah menggema di telingaku, air mata perlahan mengalir dan aku berlari untuk segera pulang. Di rumah ibu tengah menonton TV, ku hampiri ia dan ku sentuh pundaknya dengan lembut seraya tersenyum.

“Ibu, ayo kita makan bersama.” Ibu tersenyum sambil menatap mataku dalam dan sangat dalam sampai rasanya bebanku selama ini terangkat hanya melihatnya tersenyum. Seharusnya aku seperti ini sejak dulu.  

Bahkan kesuksesan tidak dapat membeli waktu. Pulanglah kerumah mu yang amat kokoh tak tertandingi itu, untuk melindungi dari kekhawatiran dan memelukmu dengan kehangatan di sana.

Alya Chaerunnisaa Photo Writer Alya Chaerunnisaa

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya