Opera: "Pertunjukanku, Operaku"

Ada cinta yang diimpikan semua orang, bahkan pula pengkhianatan

Kita terjatuh dalam kisah cerita yang ekstrim

Dengan memakai kostum termahal, dan berpura-pura bertindak elegan

“Tidak,” erangnya lirih. “Ini tidak mungkin.”

Di tengah ruangan nyaris kosong yang gelap itu, Victor meringkuk gemetaran bagai seekor anak anjing yang siap mendengking setelah ujung sepatu sang majikan mengantam sisi tubuhnya. Bau lembab yang menyerang penciumannya semakin membuat kesadarannya gelisah. Tetes demi tetes peluh berjatuhan dari dahinya, seirama dengan darah merah pekat yang menetes dari ujung jarinya yang bercakar.

Matanya yang kekuningan menjelajahi seluruh ruangan dengan liar. Hanya berjarak beberapa inci dari tempatnya berdiam, seonggok daging tak bernyawa dengan sebilah pisau yang menancap di dada menatapnya hampa. Sebuah teriakan sunyi hampir dapat Victor dengar dari mulut gadis yang terbuka itu. Kubangan merah yang sewarna dengan telapak Victor mewarnai gaun satin indah yang terakhir dikenakan gadis rupawan nan belia itu.

Suara sirene dari kejauhan semakin mengacaukan akal sehat yang masih tersisa dalam kepala lelaki muda itu. Pikirnya, jika ia tak segera melarikan diri dari situasi sial ini, hidupnya pasti akan tamat.

Ia harus segera melangkahkan kaki dari sini.

Opera: Pertunjukanku, Operakupictures.4ever.eu

Ada cinta yang diimpikan semua orang, bahkan pula pengkhianatan

Semuanya ada dalam tiga, empat menit yang pendek

‘Kau sungguh menginginkan gadis itu, bukan?’

“Tidak,” Victor menggeleng kuat-kuat. Tangannya menutup kedua telinga agar dapat menghalau suara itu. Bukan waktunya sosok ini muncul sekarang; tidak setelah Victor memutuskan untuk menetap dengan damai di tempat ini. “Pergilah kau, iblis.”

‘Sungguh seorang permata yang halus, cocok untuk menyinari hatimu yang busuk.’

Victor kembali meraung. Suaranya hanya dipantulkan oleh empat sisi dinding kamarnya yang kosong, dan dalam keputusasaannya ia menambahkan bekas cakaran merah pada wajah tampannya. Sepasang mata kuning itu hanya menyeringai mengejek.

‘Kau tahu apa yang harus kau lakukan, bukan? Patuhilah aku, dan ia akan menjadi milikmu.’

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Gagang berkilat itu terasa dingin dalam genggamannya.

Opera: Pertunjukanku, Operakuavantartmagazin.com

Pertunjukanku, operaku

Menyanyikan opera, menarikan opera

“Siapa wanita muda itu?”

Temannya hanya mendengus meremehkan mendengar pertanyaan bisik yang terlontar dari bibir Victor. Bagaimana tidak, seluruh lelaki di kota ini, tanpa memandang status dan usia, mustahil untuk tidak terpikat oleh pesona seorang jelita bergaun satin merah yang berlagak bak ratu di atas panggung. Suara, lekuk, dan gemulainya selalu berhasil menghiptonis siapa pun yang berkenan untuk memperhatikan; andai dunia tempatnya berjalan seiringan dengan dunia dongeng yang selalu ia perankan tiap senja, seluruh pria akan berperang demi mengenggam tangannya yang seputih susu. Tanpa sadar, jantung Victor turut berdebar kencang layaknya seorang bocah lugu yang baru mengenal cinta.

“Wanita itu? Namanya Griselle, satu-satunya prima donna tiada tara di panggung kota ini.”

Sepasang mata biru Victor menatap sosok halus yang melenggang di hadapannya tersebut tanpa berkedip. Ia makin terhanyut dalam sebuah fatamorgana kecil dalam angannya.

“Menyerahlah,” sang sahabat menepuk pundak Victor pelan. “Semua lelaki yang mendekatinya, selalu ia tolak. Mengapa kau begitu yakin dapat mempersuntingnya?”

Victor hanya tersenyum kecut sembari berdeham pelan.

 


Mau karya tulismu diterbitkan oleh IDNtmes.com? Yuk, submit artikelmu di IDNtimes Community! Cari tahu bagaimana caranya di sini.

Opera: Pertunjukanku, Operakucommunity.idntimes.com

Topik:

Berita Terkini Lainnya