[CERPEN] Tapi Aku…

Kadang seseorang tidak mengenali dirinya sendiri.

Berdiri dan melihat segalanya. Sebuah rumah yang nyaman. Halaman yang luas. Wanita paruh baya yang menyebut dirinya ibu. Wanita muda dan seorang laki-laki yang menyebut dirinya adik. Aku berdiri dan tersenyum, menatap mereka yang juga tersenyum kepadaku. Mereka terlihat begitu bahagia. Tapi aku…

“Ibu masuk dulu ya,” kata wanita paruh baya itu mengusap kepalaku lembut. Ia meninggalkanku bersama wanita yang lebih muda. Sementara laki-laki muda itu sedang duduk di sebuah kursi dan membuka sebuah buku yang entah apa isinya.

“Aku juga keluar dulu ya kak,” wanita yang lebih muda ikut meninggalkanku. Kubalas senyum lebarnya dengan senyuman datar.

Aku menatap dari tempatku berdiri sekarang. Kuperhatikan rumah dengan cat putih itu. Rumah yang seharusnya siapapun merasa nyaman tinggal di dalamnya. Tapi aku…

Aku bergegas melewati pekarangan menuju sebuah ruangan. Aku melewati laki-laki itu yang sejak tadi mengawasiku di balik buku yang ia pegang. Alibi. Aku tahu betul ia tidak benar-benar membaca.

Aku mulai memandang ke seluruh penjuru ruangan. Di belakang rumah ada wanita paruh baya itu. Di depan rumah ada laki-laki itu. Di luar rumah ada wanita muda itu. Aku tahu, sejak awal mereka merencanakan ini semua. Mereka tahu aku akan berusaha pergi dari rumah ini, rumah yang mereka katakan adalah rumah kami, tapi…

Aku mondar-mandir memikirkan jalan keluar dari tempat ini. Aku memikirkan bagaimana aku bisa keluar dari tempat dimana aku disekap saat ini. Ini bukan rumahku. Dia bukan ibuku dan mereka bukan adik-adikku.

Putus asa. Aku tidak menemukan cara untuk pergi dari rumah ini. Aku mulai ketakutan. Tapi di saat itu aku melihat seorang wanita datang. Ia berjalan melewati pekarangan. Dia adalah Dian, sahabatku. Dialah satu-satunya orang yang aku percaya. Aku segera berlari keluar kamar dan menghampirinya.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

“Beruntung kau datang. Kupikir aku sudah tidak ada harapan. Sekarang! Ayo kita pergi sekarang sebelum mereka semua datang. Ayo!” Kataku menarik-narik tangannya.

“Ayo! Tunggu apalagi?!” Kataku berbalik menatapnya yang tidak beranjak sama sekali dari tempatnya berdiri.

“Ayo! Apa lagi yang kau tunggu?! Bawa aku keluar dari sini. Bawa aku pergiiiii….!!!!” Aku berteriak sekuat tenaga untuk menyadarkan sahabatku itu bahwa aku sudah sekarat di rumah ini. Tapi dia masih sama, ia tidak beranjak sama sekali.

Sikapnya membuatku frustasi. Aku memegang kepalaku yang terasa sakit. Aku berjalan kembali ke dalam kamar. Dian menyusul di belakangku.

“Ada apa denganmu? Apakah kau dan mereka sedang bekerja sama?!” Kataku membalik badan dengan emosi yang tak tertahankan. “Kubilang bawa aku dari sini! Bawa aku pergi! Mereka menculikku! Aku harus keluar dari sini….!!! Apa kau tidak mengerti juga….?! Aaaaaa……….!!!!” Kataku uring-uringan. Aku mulai membuang semua barang-barang yang ada di sekitarku. Aku mencabut semua kertas yang menempel di dinding. Aku melakukan apapun yang bisa menyadarkannya betapa aku menderita berada di dalam rumah ini.

Dian menatapku dengan tatapan iba. Air matanya mulai menetes dan membasahi pipinya tapi aku sudah tidak peduli. Aku terus berteriak, tidak mengerti dengan sikapnya. Dia mendekat dengan perlahan dan memelukku. Ia memelukku erat. Menahanku dalam dekapannya.

Di saat yang sama, wanita yang menyebut dirinya ibu itu tak hentinya menangis, terisak sedih dengan dada sesak. Wanita yang lebih muda dan laki-laki itu juga tak kalah sedih. Aku tidak tahu apa maksud dari semua ini.

Di antara dekapan sahabatku, ia bergumam sedih; Maafkan aku. Aku tidak tahu harus berbuat apalagi. Aku hanya bisa berdoa semoga kau segera sembuh dan kembali seperti dulu. Aku tidak akan percaya dengan kata-kata siapapun yang mengatakan jika kau…, GILA.

Nurhudayanti Saleh Photo Writer Nurhudayanti Saleh

Independent Writers -Menulis kebaikan sebagai bekal setelah kematian-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya