Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[CERPEN] Ayah Meminta Kami Pulang

http://www.sadever.com/sad-boy-images/

 

 

Andaikata manusia diberi kuasa untuk mengulang bergulirnya waktu. Tentu manusia akan mengulang masa-masa yang terukir indah dalam hidupnya. Masa-masa indah bersama keluarga. Namun Tuhan selalu mempunyai petimbangan terbaik bagi hamba-hamba-Nya maka manusia tidak akan punya kuasa untuk mengulang kembali waktu. Kebersamaan yang sangat berhaga dalam hidup semua orang.

 

Masih terngiang jelas dibenakku, bahkan karena teramat jelasnya aku masih bisa menghafal dengan runtut kalimat-kalimat yang waktu itu diucapkan. Sebulan sebelum orang yang teramat berhaga dalam hidupku meninggal, orangtua meminta kami para anak-anaknya untuk kembali ke kota asal kami. Setelah menginjak bangku kuliah aku dan kakak-kakaku memang memilih untuk merantau ke kota besar. Bahkan kedua kakakku sampai menemukan jodoh dan rizki mereka tidak di kota sendiri. Hal itulah yang menyebabkan kakak-kakakku termasuk aku tidak tinggal di  kota asal kami. Jauh dari Ayah dan Ibu.

Aku dan kakak-kakakku ternyata sudah diberi tahu oleh ayah satu persatu tentang keinginan orang tua kami yang meminta kami untuk meluangkan waktu agar dapat kembali ke kota asal kami. Namun juga muncul kesamaan di bagian lain yaitu ayah tidak mengatakan kepada siapapun tentang tujuan mereka berdua meminta kami pulang. Ayah hanya mengatakan bahwa kami akan mendiskusikan tentang rencana pernikahanku dan mengadakan sesi foto bersama.

Setelah saling menghubungi satu sama lain, aku dan kakak-kakakku sepakat untuk bertemu bersama dan mendiskusikan tentang masaalah ini. Aku dan kakak-kakakku memahami bahwa kami mempunya kesibukkan masing-masing yang tidak dapat ditinggalkan. Akhirnya setelah berdiskusi bersama hasil kesepakatan kami adalah dengan mengundur waktu kepulangan kami pada saat hari raya. Rencana itu aku sampaikan kepada ayah, namun ayah tetap meminta kami untuk pulang dalam 2 minggu ini. Entahlah tidak seperti biasanya ayah memaksa kami seperti ini.

Dikarenakan paksaan ayah yang lambat laun membuat kami diterpa rasa khawatir, maka kami memutuskan untuk mengiyakan permintaan ayah. Namun kami tidak akan pulang bersamaan, akan tetapi yang akan pulang adalah aku. Kami belum mengatakan rencana ini kepada ayah karena kita sudah mengetahui apa jawaban ayah.

--------- 2 hari kemudian

Ayah dan ibu sudah menyambutku di depan rumah ketika aku pulang. Tampak rona sedikit kekecewaan dari muka mereka setelah melihat hanya aku saja yang pulang. Tanpa ragu kuraih tangan mereka satu persatu dan kucium punggung telapak tangan mereka. Setelah itu kami berbincang-bincang sedikit, sebelum aku memberanikan diri untuk bertanya alasan mengapa mereka sangat ingin anak-anaknya untuk pulang walaupun hanya satu hari. Namun aku mendengar jawaban itu lagi, jawaban yang sangat membuatku dan kakak-kakakku menjadi penasaran yaitu hanya akan membahas rencana pernikahanku dan foto keluarga. Aku sangat ragu dengan jawaban ayah, karena jika hanya ingin membahas rencana pernikahanku dan foto keluarga ayah tidak akan sangat memaksa seperti sekarang, lagipula setiap hari raya kita juga mengadakan foto keluarga bersama. Namun ayah seperti batu karang yang kokoh yang menyembunyikan ilalang. Ayah tetap mengatakan bahwa alasannya hanya itu-itu saja.

Kekecewaan ayah tidak bisa ditutup-tutupi karena tidak semua anak-anaknya pulang. Kekecewaannya semakin bercampur kesedihan ketika aku memutuskan untuk kembali, karena ayah tidak segera memberitahukan alasan yang sebenarnya mengapa kita diminta untuk pulang. Sementara untuk saat ini keinginan orang tuaku harus aku kesampingkan. Aku hanya dapat mencium punggung tangan ibu dan ayah yang masih diliputi ketidak percayaan.

---------5 hari kemudian

Setelah kembalinya aku ke kota tempat aku merajut mimpiku, ayah sudah jarang untuk meminta kami pulang walau hanya sebentar, ayah menghubungi kami hanya pada saat waktu-waktu genting.

Dan malam itu. Aku masih ingat kejadian itu. Waktu malam hari sudah menujukkan jam 00.05. Teleponku berdering untuk kesekian kali pada hari ini. Biasanya aku tak pedulikan, namun nama pemanggil membuat aku diliputi rasa penasaran karena jarang-jarang ia menelfon semalam ini. Aku mengangkat telepon, kudengar suara dari ujung telepon. Sebuah suara yang beberapa hari ini aku sangat rindukan.

"Nak, cepatlah kemari........." Kudengar jelas dan aku meneteskan air mata pada saat itu juga. Permintaannya untuk kali ini tidak bisa aku tolak kakak-kakakku beserta istri dan anak mereka pun juga tak kuasa untuk menolaknya.

 

Aku masih bisa mengingatnya. Benar-benar masih sangat jelas. Bahkan warna baju waktu itu aku masih bisa menghafal lengkap tanpa salah satupun. Kami melakukan foto bersama. Namun tanpa hadirnya seorang ibu. Permintaan ayah terhadap kepulangan kami yang terakhir adalah untuk mengabari bahwa ibu telah tiada. Permintaan pulang dari ayah yang dulu kami benci. Sekarang sangat kami sesali mengapawaktu itu kami tidak pulang. Ayah masih seperti batu karang yang berusaha menyembunyikan maksud meminta kami pulang. Namun sang batu karang kini tak lagi mampu menyembunyikan ilalang. Permintaan ayah untuk pulang selam ini adalah untuk memberitahu bahwa ibu mengidap suatu penyakit tingkat akhir.

Kapan kau meminta kami untuk pulang lagi ayah?

 

 

 

Share
Topics
Editorial Team
Farsya
EditorFarsya
Follow Us