Ada Seribu Alasan untuk Menyerah dan Meninggalkanmu, Tetapi Aku Tak Mau

Maka dari itu kumohon, berbahagialah.

Sebenarnya apa yang aku perjuangkan? Banyak orang menanyakan hal itu berulang-ulang ketika melihatku masih terjebak bersama cerita tanpa judulku bersamamu. Kurasa, mereka bertanya-tanya hanya karena belum tahu betapa istimewanya dirimu. Sementara aku, tahu betul. Hari itu, tepat saat tengah hari dengan terik matahari yang amat kamu benci, tapi aku tidak.

Padahal aku harus menunggumu berjam-jam di saat teman-temanku yang lain sudah beranjak. Tetapi di situlah aku, tetap duduk di tempat yang bisa kamu lihat ketika kamu sudah selesai. Sembari sesekali melihat ke dalam ruangan dan menanyakan orang-orang yang lalu lalang akan keberadaanmu. Mereka bilang kamu sedang berbincang-bincang dengan temanmu. Ya. Disaat kamu tahu aku sedang menunggumu.

Ada Seribu Alasan untuk Menyerah dan Meninggalkanmu, Tetapi Aku Tak Mauflaper.org

Hal yang wajar jika aku mendatangimu dengan marah karena sudah menunggumu tapi kamu malah berbincang dengan santainya. Tetapi aku tidak. Aku memutuskan untuk menunggu lagi dan duduk dengan manis menantimu menghampiriku. Akhirnya kamu datang, bersama segerombolan teman-temanmu. Lantas apakah yang kudapat setelah menunggu berjam-jam, sendirian di bawah panas terik matahari? Lambaian tangan dengan senyum ceria? Atau minuman dingin sebagai permintaan maaf? Sayangnya, bukan.

Sebaliknya, kamu seakan mengabaikan keberadaanku begitu saja. Sesaat setelah aku berteriak memanggil namamu, kamu hanya berkata dengan dinginnya,

"Tunggu." Katamu.    

Hal yang amat wajar jika saat itu aku marah dan meninggalkanmu begitu saja. Tetapi aku tidak. Karena itu adalah hari di mana pertama kalinya kita akan berkencan. Jika saja bisa disebut begitu. Aku tidak peduli hari itu disebut apa, yang jelas itulah hari pertama dimana kita dapat berjalan bersisian berdua.

Ada Seribu Alasan untuk Menyerah dan Meninggalkanmu, Tetapi Aku Tak Maualmanaquedacultura.com.br

Hari itu, dimana di tengah kesunyian tiba-tiba kamu memecahkannya dengan satu seruan,

"Nonton, yuk."

Sementara aku, yang untungnya saat itu menggunakan masker di jok bagian belakang motormu, tidak bisa lagi menahan senyumku yang mengembang. Dengan segala yang terjadi di hari itu, walaupun aku tahu betul bagimu tidak ada yang istimewa. Tapi bagiku, semuanya terasa begitu berharga. Pertama kalinya kita dapat berbagi meja untuk makan berdua. Di mana kamu tiba-tiba dapat menceritakan banyak hal yang membuatku dapat melihat berbagai sisi lain dirimu.

Pertama kalinya aku tahu jika kamu tipe orang yang sangat berisik ketika ketakutan menonton film hantu, meskipun setelahnya kamu bilang kalau itu hanya akting agar suasana tidak terlalu canggung. Pertama kalinya aku tahu, ternyata kamu ini sangat manja! Kamu mengeluh berkali-kali karena kakimu sakit terlalu banyak berjalan padahal kita hanya mengitari sekeliling pusat perbelanjaan. Dan segala pertama-pertama lainnya di hari itu, entah baik atau buruk, membuatku yakin bahwa hatiku memang tertuju padamu.

Ketika aku dan hatiku telah yakin, apakah lantas dengan begitu saja kamu akan berbalik memiliki rasa yang sama? Aku tahu betul untuk jawaban yang satu ini. Tidak.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Ada Seribu Alasan untuk Menyerah dan Meninggalkanmu, Tetapi Aku Tak Mauplaybuzz.com

Meskipun tidak pernah secara langsung kamu bercerita dengan jelas, aku tahu bukan hanya aku perempuan yang jatuh hati padamu. Tentu saja, sudah kubilang kamu adalah sosok laki-laki yang istimewa. Aku pun tahu, tidak mungkin kamu tidak jatuh hati pada perempuan itu. Yang sayangnya aku tidak bisa melihat, seperti apakah sosok perempuan yang laki-laki kesayanganku sayangi? Tentunya sesuai dengan yang kamu inginkan, bukan? Pintar, cantik, dan sederhana.

Aku bukan perempuan yang pintar, kamu tahu betul. Kamu, satu-satunya yang mendorongku menjadi orang yang ambisius menggapai prestasi. Satu kalimatmu yang mungkin tidak pernah kamu ingat bahwa aku harus bersinar, sekalipun bukan di tempat yang aku inginkan. Itulah yang kamu katakan ketika aku gagal memasuki universitas yang kuinginkan. Aku bukan perempuan yang cantik. Setidaknya mungkin di matamu.

Aku tahu seperti apa perempuan yang bagimu cantik, dan mereka yang kamu sebut cantik itu amatlah cantik luar biasa. Dengan itu, walaupun aku tidak bisa menjadi perempuan yang cantik di matamu, setidaknya dengan itu aku berusaha agar dengan hatimu kamu dapat merasakan bahwa aku terus memperbaiki diriku dari segala hal yang tidak kamu sukai. Ingatkah ketika kita sedang memilih pakaian perempuan dan kamu bilang,

"Jangan, jelek, gak feminim."

Di situlah aku menyimpulkan bahwa kamu menyukai perempuan yang terlihat anggun. Di mana akulah kebalikannya. Sejak kita masih menggunakan seragam putih abu pun kamu tahu, seleraku nomor satu adalah baju bercorak tentara. Yang mana kamu selalu mentertawakannya. Tapi adakah kamu menyadari penampilanku sekarang, setiap kita bertemu? Aku mencoba menjadi satu saja. Setidaknya satu saja... dari hal yang kamu inginkan dari seorang perempuan.

Sederhana? Aku tidak tahu jelas apa yang disebut-sebut sebagai perempuan sederhana. Aku bukan tipe orang yang glamour, tapi aku juga bukan tipe orang yang pandai mengatur uang. Kamu juga tahu itu bukan? Aku seringkali asal memakai uangku untuk hal-hal yang kupikir aku butuhkan, dan baru sadar bahwa hal-hal itu tidak penting ketika uangku sudah habis. Aku mungkin butuh belajar banyak darimu soal menabung.

Merincikan satu demi satu kekuranganku hanya akan membuatku semakin merasa kecil dan jauh dari apa yang kamu harapkan. Aku menyayangimu. Tapi percayalah, aku tidak akan pernah berkata soal hatiku, atau mempertanyakan hatimu. Namun kelak, jika tiba saatnya, entah hari, bulan, atau tahunan kemudian kamu akhirnya datang dan melihatku. Dapat kupastikan aku masih disitu, menunggumu.

Maka dari itu kumohon, berbahagialah.

 

Tertanda,

 

Sahabatmu.

Topik:

Berita Terkini Lainnya