Fiksi Mini: Kita adalah Sepasang yang Sama-sama Menunggu, Tapi Tak Pernah Saling Menemukan

Kita adalah, sepasang yang sama-sama menunggu, tapi tak pernah saling menemukan

Mungkin ini adalah kereta yang kesepuluh sejak aku berpijak di lantai stasiun. Bersamaan dengan perginya kereta dengan rintik air dari langit yang menderas, kuhirup aroma basah hujan di senja bulan Juni dalam-dalam. Kutatap lekat ekor kereta yang menjauh, tenggelam bersama kabut awan yang abu-abu dan suara hujan yang menderu.

Tik. Tok. Tik. Tok.

Bunyi detak jam raksasa yang bertengger cantik di dinding pembatas stasiun menghitung berapa lama aku berdiri.

“Jadi, sebenarnya untuk apa kamu berada disini?” tanya hatiku, ia mulai bosan rupanya menungguku melamun, menatap kedatangan dan kepergian kereta, kemudian menundukkan kepala dan menghela aroma tanah hujan.

“Dia tidak akan datang?” tanyaku getir. Hatiku mendidih, ia menguapkan rasa penat yang berlebih. Ia lelah, kemudian hanya menghela nafas berat.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

“Dia tidak datang, Vea. Berhentilah menunggu,” hatiku menjawab pelan, perlahan dengan lelehan air mata yang menghangat.

“Apakah aku harus pergi?” tanyaku lirih. Hatiku mengangguk lemah, mengiyakan pertanyaanku. Pertanyaan yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban.

Aku menegakkan leherku. Kubuka payung transparan bermotif kembang-kembang, di udara. Kubalikkan badan dengan payung yang berdenting pelan seirama air hujan yang turun. Kakiku melangkah pelan meninggalkan stasiun. Aku pergi. Benar-benar pergi sebelum kereta kesebelas datang dan membawa harapanku lagi.

Dari pintu masuk sebelah barat, seorang lelaki memasuki stasiun dan menjejakkan kakinya di sisi kanan rel. Dia menunggu. Kereta kesebelas datang dan kemudian pergi tanpa membawanya. Lelaki itu terdiam, memandang langit senja yang berubah abu dan hujan yang semakin menderas. Dia masih menunggu. Tidak peduli pada detak jam yang menghitung nafasnya sejak sepersekian detik ia berdiri disana, ia tetap menunggu.

Kita adalah, sepasang yang sama-sama menunggu, tapi tak pernah saling menemukan. 

Baca Juga: [PUISI] Rindu Terkubur Mimpi

Igant Erisza Maudyna Photo Writer Igant Erisza Maudyna

Cuma suka nulis random, tapi lebih banyak fiksinya. Go follow @igantmaudyna for get closer!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya