Sekarang, dirimu telah berubah. Berbanding terbalik dari yang kemarin. Aku benci hari ini. Disaat aku membutuhkan kamu. Kamu tidak ada. Disaat aku ingin meluapkan rinduku dengan bertemu denganmu., kamu tidak ada. Kamu tidak bisa. Itu karena kesibukanmu, kan? Iya, aku paham. Aku mengerti. Tapi, jika persahabatan kita memang penting. Maka kesibukan itu tidak akan menjadi penghalang untuk kita bertemu, bukan?
Disaat aku ingin mencurahkan apa yang aku alami saat ini, Kamu tidak ada. Disaat aku ingin berbagi cerita denganmu. Kamu tidak ada. Aku menunggu balasan pesan itu. Tetapi tidak terbalaskan, hingga sekarang. Padahal, kamu membuat sebuah status di salah satu sosial mediamu. Aku tak mengerti. Apakah kamu memang sengaja tak ingin membalas? Atau, pesanku tenggelam sehingga kamu tidak membalasnya? Hm, entahlah. Hanya kamu yang tau jawabannya. Padahal, aku hanya ingin bersandar. Ingin menangis. Ingin bercerita. Karena kamu, satu – satunya orang yang aku percayai.
Kukira, kamu yang terbaik.
Kukira, pilihanku benar.
Kukira, kamu yang akan mengisi hari-hariku.
Ternyata, aku salah besar.
Kenapa Tuhan mempertemukan kita, jika ini hanya membuatku sakit? Kenapa Tuhan memberikanku sebuah rasa yang .. entahlah. Aku tak ingin menyebutnya dengan kata CINTA.
Mungkin memang benar.
Aku tak pantas untukmu. Aku ini egois. Silahkan benci aku, jika kamu tak terima dengan pendapatku. Tak apa, aku terima. Kamu pun sekarang acuh terhadapku karena rasa ego ku ini, kan? Aku tau, hitam. Egoku memang besar. Karena inilah dulu aku tak ingin bersamamu. Aku takut ego menguasai diriku. Karena aku tak tau bagaimana cara mengendalikannya. Aku takut kehilanganmu hanya karena ego ku yang besar. Aku takut. Oleh karena itu aku tak berani untuk memutuskan status persahabatan kita. Dan menggantinya ke status yang baru.
Lalu, sampai kapan aku harus menunggumu seperti ini? Menyakiti diri secara perlahan, karena melihatmu bersama yang lain? Baiklah, aku akan terus menunggu. Hingga kamu tersadar, bahwa di belakangmu, ada aku yang selalu menunggumu. Menunggumu, untuk menoleh sejenak. Menoleh untuk melihat. Melihatku yang pontang panting berjalan di belakangmu. Melihatku yang terkena hujan badai. Melihat kakiku yang gemetar. Melihat percikan air di pipiku. Melihatku yang selalu berusaha tersenyum pada saat kamu bersamanya. Demi membuatmu bahagia.
Mungkin kamu akan segera mengetahui
Mungkin kamu akan menyadari
Jika kamu membaca ini
Atau mungkin
Tidak sama sekali