[PROSA] Singgah tanpa Sungguh

Kita punya banyak persamaan, tapi tidak soal perasaan

Hari ini tepat sembilan tahun aku memilih menyelesaikan kisah. Tak lagi soal mengejarmu, doaku kini hanya berisikan harapan, agar Tuhan melapangkan hatiku untuk bisa melepaskan. Membereskan kenangan, tentang kita yang dulu sama-sama menyukai hujan, menyukai aroma kopi, juga suara dersik pepohonan sekolah.

"Sesulit itukah bagimu memaafkanku?," Aku ingat pertanyaan yang kau lontarkan padaku. Rasanya aku seperti tertampar hingga tersungkur. Hari itu, sedang hujan, kopi hitam tersaji, suara dersik pohon terdengar sesekali, membawa semburat air menerpa wajahku, dan itu pertama kalinya aku membenci semua kesukaanku. Ya, termasuk dirimu!

Kamu boleh mematahkan rasaku, menyudahi seluruh keramaian yang riuh di hatiku, juga membunuh jutaan kupu-kupu yang terasa menyeruak di dadaku kala mendengar rayumu.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Tapi, sejak kau memilih pergi, kamu tak boleh mencariku lagi. Tidak pada sejuknya hujan, atau aroma nikmat kopi hitam, juga suara dersik angin yang mengajak menari dedaunan. Kamu sudah kehilangan aku di bagian 'kita satu rasa'.

Aku adalah tempat singgah yang hampir runtuh, biar ku jaga apa yang tersisa, biar kurapihkan apa yang kamu buat berantakan. Agar kelak siapa yang datang akan suka cita memberi yang tak kamu berikan, yaitu berlabuh dengan kesungguhan. Suatu saat aku akan mengingatmu kembali sambil tertawa dan berkata, "ternyata dulu kamu bodoh, ya?"

Baca Juga: [PROSA] Lelaki Berkumis Tipis

Laila Alhaffatah Photo Verified Writer Laila Alhaffatah

Full time wife, mom, and writer

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya