Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
storial.co

#WFH: Dalgona Coffee

 

"Hello welcome back to my channel Devina Hermawan, hari ini aku mau share resep kopi yang lagi viral, dalgona coffee...."

Aurelia cepat-cepat menuju meja dapur. Di sana dia telah menyiapkan semua bahan dan perlengkapan membuat dalgona coffee. Dia harus siap pada posisi sempurna saat koki favoritnya menyebutkan bahan-bahan yang diperlukan.

Duh, itu dalgona yang dilihatnya di video, menggoda seleranya sekali. Tak sabar Aurelia meminumnya.

Dibuat dulu, kali ya, baru diminum!

Sebenarnya Aurelia punya mixer, namun sudah dia ubek-ubek seisi rumah, termasuk gudang yang penuh tikus dan kecoak itu, tak juga dia temukan mixer peninggalan mendiang ibunya. Kalaupun ada, Aurelia enggak yakin itu mixer masih bisa digunakan. Jangan-jangan sudah soak atau karatan.

Pastinya juga bau pesing akibat dipipisin tikus-tikus dan kecoak tak tahu diri itu. Lagian mereka ngapain sih, numpang di gudang rumahnya, kayak enggak ada tempat lain aja. Gudangnya kan berantakan, enggak rapi, enggak enak dijadikan tempat tinggal!

Sejenak kemudian, Aurelia nyengir sendiri. Dia baru sadar kenapa gudang di rumahnya jadi tempat arisannya para tikus dan kecoak.

Ah, sudahlah, lupakan dulu urusan gudang.

Dia simak baik-baik setiap ucapan Devina Hermawan dalam tayangan video itu. Bahwa dalgona coffee mirip cappuccino, hanya saja ini terbalik, susunya yang tawar, foam-nya yang ada espresso-nya.

Telah dia siapkan juga saringan teh stainless steel untuk mengaduk dalgona. Sebelumnya, Aurelia sudah mencoba mengaduk pakai sendok dan garpu, namun dia menyerah karena setelah 10 menit tak juga mengembang menjadi foam. Begitu nonton videonya Devina Hermawan, Aurelia langsung hunting saringan serupa di marketplace.

Dia mengikuti resep 1:1:1 yang terdiri dari kopi instan, air, dan gula. Dia pakai gula pasir karena tidak punya gula aren.

Setelah mengucapkan Bismillah, Aurelia mengocok dalgona coffee di atas piring dengan saringan teh tersebut.

Katanya cuma 3 menitan? Ganciiil... pengalaman dua kali mengaduk penuh kegagalan selama 10 menit membuat 3 menit tak terasa apa-apa. Namun, meski resep dan cara yang diikuti sama, hasil bisa berbeda.

Koki favoritnya berhasil membuat foam dalam 3,5 menit mengaduk, sedangkan dia 6 menit!

Hmmm... not bad, Aurelia.

Penuh kemenangan dia menuangkan susu full cream cair ke dalam gelas tinggi, yang biasa dipakai untuk minum wine. Kalau di rumahnya sih untuk minum sirop hihihi. Mamanya suka koleksi gelas kristal semacam itu. Dia tuangkan susu tersebut hingga menyisakan seperempat gelas teratas kosong.

"Huaaaa... dalgona gueeee..." dengan sendok Aurelia mengambil dalgona foam yang tampak konsisten kakunya, bahkan ketika piring di balik, enggak tumpah, dan meletakkannya dalam gelas.

Layar smartphone-nya berubah, dari channel YouTube Devina Hermawan ke fitur kamera.

Cekrek.

Cekrek.

Cekrek.

Yihaaaa....

"Sayang minumnya, nih, percobaan ketiga langsung jadi, cuy!" Aurelia mem-posting foto dalgona coffee-nya yang indah itu di akun Instagramnya, setelah dia bentuk foam tersebut dengan garpu, jadi seperti bentuk spiral gitu deh. Indah.

"Hmmm... I like it! Love it... perfeeeeecttoooo," ucapnya sendirian di dapur, setelah mencicipi dalgona coffee-nya.

"Enak banget, gilaaaa. Ternyata perpaduan susu full cream merek Ultraman + kopi instan Neskapeh tuh enak bangeeet. Sumpah!" kali ini dia cerita melalui aplikasi Zoom bersama tiga orang teman sekantornya.

Mereka berempat harusnya meeting urusan kantor, tapi malah asyik membahas dalgona coffee. Masing-masing cerita pengalaman mereka saat membuat kopi yang fenomenal di era Covid-19 tersebut.

"Gue mah ogah ribet, ogah capek, pake mixeerrrr... beres!" cetus Lovina, seraya mengikir kukunya. Gara-gara Covid-19, jadwal pedicure-manicure sebulan sekalinya di salon terganggu.

Sebenarnya mbak salon langganannya sudah menawarkan diri perawatan dari rumah. Cuma Lovina mana berani, entah si mbak atau dia sendiri bisa saja menjadi seorang carrier, atau OTG (orang tanpa gejala). Hari giniiii, gitu loh. Apalagi si Mbak pastinya sudah keliling ke rumah pelanggan yang lain.

"Ih, enggak ada seninya pake mixer, gue dong pake sendok, lumayan 15 menit gempor. Tapi otot lengan kanan gue menguat, lah," kali ini Ali pamer otot lengan kanannya. Lengan kemejanya dilipat sampai ketiaknya terlihat.

"Dih, udah mandi belum, lo?!" tuduh Aurelia curiga. Mereka meeting pukul 11 begini, dari rumah, siapa yang jamin sudah pada mandi. Baju bagian atas mereka semua sih rapi, dia sendiri memakai batik, tapi bawahannya celana pendek selutut. Jilbabnya hanya jilbab segi empat warna hitam, dicolok bros, beres! Lalu pake bedak tipis-tipis dan lipstik, biar enggak pucat.

"Belum, males gue, entar sore aja, eh tapi wangi dong, udah pakai deodoran," jawab Ali.

"Elo bikin dalgona-nya pakai apaan, Fah?" tanya Lovina.

"Hah? Gue sih sealiran sama elo, Vin," jawab Ulfah.

"Asyeeek... pake mixer juga ya?" Lovina merasa girang karena ada teman senasib.

Ulfah mengangguk. "Iya pake mixer, tapi adek gue yang bikinin hahahah."

"Huuuu... dasar!" kompak ketiga temannya meledek.

Aurelia, Lovina, Ali, dan Ulfah memang akrab di kantor. Mereka satu tim dan duduknya berdekatan. Mereka bisa berkelakar karena atasan mereka belum bergabung dalam meeting tersebut. Meeting host kali itu adalah Ali. Atasan mereka, Julian, tadi sudah mengirimkan pesan WhatsApp kepada Ali, jika dia ada meeting mendadak dengan CEO dan kepala HRD kantor mereka. Sehingga dia akan telat bergabung.

Untung saja 20 menit sebelum Julian klik join a meeting, mereka bertiga sudah keburu membahas tema hari itu.

Begitu Julian bergabung, suasana menjadi hening.

"Selamat siang semuanya," terlihat wajah Julian agak keruh. Dia beberapa kali membenahi rambutnya dengan tangan.

"Siang, Pak Julian," koor Ali, Aurelia, Lovina, dan Ulfah barengan.

Julian mengambil napas panjang.

"Saya enggak pandai basa-basi," dia lalu terdiam.

Nah looo.... ada apaan, nih?

Jantung Aurelia terasa berdebar lebih cepat dari biasanya. Wajah Lovina, Ali, dan Ulfah pun tegang. Mereka menunggu atasan mereka meneruskan kata-katanya.

"Saya tadi meeting conference dengan Pak Alfian dan Pak Maulana, dengan berat hati saya punya berita buruk untuk kalian."

Deg!

Satu...

Dua...

Tiga...

"Perusahaan tidak sanggup lagi menutupi cost yang keluar. Covid-19 memukul bisnis kita dengan telak. Maka... perusahaan terpaksa melakukan perampingan karyawan dan kalian sebagai generasi paling muda di perusahaan ini... mendapatkan giliran kloter pertama."

Detik-detik terasa lama di sekeliling Aurelia.

Lovina, Ulfah, dan Ali tak bersuara.

Semua membisu... membeku.

"Ka... kami di-PHK, Pak?" suara Ali tercekat di tenggorokannya.

Julian mengangguk. "Saya minta maaf. Tapi semua akan diselesaikan sesuai UU Ketenagakerjaan, kalian akan mendapatkan pesangon sesuai masa kerja masing-masing. Justru ini saat yang tepat melakukan perampingan... karena perusahaan punya dana untuk membayar pesangon kalian."

Hening...

Cecak di dinding kamar Aurelia pun tak sanggup berdecak.

"Besok pagi atau lusa kalian akan dihubungi bagian HRD. Saya leave duluan ya."

Julian leave meeting.

Syok merajai suasana.

Mereka semua akan menjadi pengangguran di masa Covid-19.

Sudah jatuh... tertimpa tangga.

***

Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

www.storial.co
Facebook: Storial
Instagram: storialco
Twitter: StorialCo
YouTube: Storial co

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha