Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
storial.co

Covid-19: #dirumahaja

 

"Jadi mengikuti aturan dari pemerintah, mulai minggu depan kita work from home ya." Julian, atasannya mengirim pesan ke grup WA sekitar tiga minggu lalu.

"Siap, Pak," jawab Ali.

"Baik, Pak," Lovina dan Ulfah kompakan menjawab begitu.

Ini dua anak sering sepemikiran, sehobi, satu selera fashion, semoga enggak satu selera cowok. Berabe juga kalau doyan cowok yang sama, bisa bubar jagat ukhuwah mereka. Tsaaah, bahasanya Aurelia!

Aurelia sering berpikir apa mereka berdua kembar tak mirip yang terpisahkan saat lahir? Usia mereka juga sepantaran, hanya beda hari. Mereka girang banget dengan fakta ini, kalau ulang tahun bisa irit, patungan beli cake, patungan bagi-bagi pizza atau donat di kantor.

Tuh kan, fix! Mereka pasti kembar tak mirip yang terpisahkan saat lahir.

Aduh, kan Aurelia jadi enggak fokus.

"Horeeee work from homeeee...." Tentu ini jawaban dalam hatinya. Mana berani dia menyahut begitu di grup WA? Dia harus pencitraan sebagai pegawai yang rajin, pandai, telaten, pandai menabung, dan tidak sombong dong.

"Baik, Pak." Yah, jawabannya nyontek ih!

Aurelia sebenarnya anak rumahan. Dia betah di rumah. Pulang kantor saja jarang hang out, kecuali pas diajak makan malam sama David, kekasihnya. Kantor mereka untungnya berada di jalan yang sama, hanya saja beda gedung. Namun David lebih sibuk dari dirinya. David terobsesi menjadi CEO di kantor tempatnya bekerja.

#wfh? #dirumahaja? Siapa yang menolak. Aurelia girang banget. Cuma mengandalkan internet, semua bisa dijalankan jarak jauh. Ah, tak disangka Covid-19 ini memberikan hikmah mendalam.

Jadi...kerja dari rumah enak ya, lebih santai? Wohoooo... tunggu dulu Maemunah, eh Aurelia...

Ternyata keterlambatan kantornya memulai #wfh karena mereka harus memikirkan cara bekerja yang efektif. Bagaimanapun perusahaan enggak mau rugi. Mereka bayar gaji utuh kok.

Kantornya sudah memikirkan secara matang. Mereka memakai beberapa aplikasi untuk mendukung kelancaran dan efektivitas #wfh. Ada aplikasi untuk absensi, aplikasi mengatur jadwal meeting, bahkan aplikasi yang mampu 'mengintip' keterikatan mereka dengan pekerjaan. Mereka diwajibkan mengisi to do list akan melakukan apa saja keesokan hari, kemudian dicentang jika sudah selesai.

Hadeeeh, seminggu #dirumahaja menjalankan #wfh, Aurelia stres sendiri. Apalagi dia kudu perform dengan pakaian kerja (meski atasannya doang) dan makeup-an meski tipis-tipis, karena sewaktu-waktu bisa ada video conference.

Dia juga enggak bisa seenaknya tidur lebih lama, mumpung #dirumahaja, karena ada jadwal absensi yang harus di-scan melalui HP.

Hiks....

Padahal Aurelia sudah niat tuh, waktu diumumkan bakal #wfh, dia bakalan banyak-banyak praktik masakan-masakan simpel by Devina Hermawan, mumpung #dirumahaja kan? Aurelia demen sama Ci Devina karena mengerti kaum rakyat jelita seperti dirinya yang enggak punya peralatan canggih.

Ci Devina (sok akrab, lu, Rel!) itu selain menerangkan secara detail, menjelaskan kenapa saat membuat adonan roti itu, butter dan garam dituangkan belakangan, juga memberikan alternatif baking dengan Teflon. Memang si Cici pakai kompor listrik yang membuat kematangan roti merata.

Namun, Ci Devina juga kasih solusi jika memakai kompor gas, di bawahnya dikasih lempengan aluminium seperi bawahan loyang itu loh, baru di atasnya diletakkan Teflon berisi adonan roti, agar matangnya merata.

Enggak tahu deh kalau kompor minyak tanah dan kayu bakar bagaimana.

Hush... hush... Aurelia, fokus!

Nah, nah... kalau ngomongin masak-memasak atau kue-mengue, Aurelia susah berhenti. Belakangan dia suka menenggelamkan diri di dapur. Awalnya sih, sok persiapan jadi bini saat Babang David melamarnya nanti. Tak disangkanya, dia demen benaran utak-atik resep. Tak sengaja saat nonton acara masak-memasak di YouTube, dia menemukan channel Devina Hermawan.

Ah, Cici... aku pengen jumpa, Ci. Undang aku ke dapurmu yang indah itu, Ci.

Dih, siapa elu, Rel!

Kan, kan... gara-gara sederet aplikasi itu... dia enggak bisa mencuri-curi waktu. Bahkan nih, ada aplikasi di kantornya yang bisa tahu jika para karyawan mereka kelayapan ke mal, ngafe, atau ngapain kek, pokoknya bukan di rumah.

Mau cheating? Selalu ada celah buat cheating, jika pergi tinggalkan HP Anda di rumah, sambil pesan ke orang rumah jika ada WA dari kantor ajak video conference, buruan kasih tahu. Tapiii... bagaimana jika ditelepon dadakan sama bos Julian? Atau Pak Alfian, CEO mereka?

Modyaaaar.

Lagian mau ngemal ke mana? Wong pada tutup, yang buka hanya supermarket dan kafenya, itu pun harus dipesan via ojek online atau take away. Enggak bisa nongkrong juga, jadi mau cheating juga enggak seru.

Hiks...

Aurelia cuma bisa hiks, deh.

Dan sekaraaaang... dengan pengorbanan #wfh yang besar itu, dia dipecat??!

Dipehaka??!

Keterlaluan!!!

Kantor macam apa ini?

Ssstt... itu kantor yang udah bikin lo dinas ke Singapore, Thailand, dan Vietnam, Rel!

Huh, bodo amat!

Kantor yang memperluas jaringan elo, sehingga lo kenal banyak orang hebat, pengusaha, artis, sosialita.

Biarin!

Kantor yang udah kasih bonus uang sejumlah...

Iya dah, iya! Paham!

Tapi dia sekarang pengangguran!

Dia bahkan belum teleponan dengan Ulfah, Lovina, dan Ali lagi. Grup mereka berempat (ssstt jangan kasih tahu Pak Julian yah, kalau mereka ada grup sendiri, di luar grup berlima itu), sepiii... enggak ada chat.

Aurelia sudah berinisiatif menegur mereka semua semalam.

"Hi gaeeess... are you ok?"

Hening.

Kayaknya mereka masih syok.

Pagi tadi dia sudah ditelepon Cantika, bagian HRD yang menjelaskan lebih detail soal perampingan karyawan kantor mereka, kemudian menjelaskan kapan gaji dan pesangon akan ditransfer.

"Lo kena enggak, Can?" tanya Aurelia.

"Kena. Banyak kok yang kena. Perusahaan mengurangi sekitar 20% karyawannya. Kemudian lihat perkembangan. Bisa jadi nambah yang dipecat," jawab Cantika. Suaranya yang tadi terdengar profesional, jadi bergetar.

Duh, bagaimana rasanya jadi Cantika ya, dia sendiri dipecat tapi punya tugas menghubungi semua karyawan yang dipehaka. Dia harus menekan perasaannya sendiri sampai urusan per-pehaka-an ini beres.

Dirinya mah mah bisa langsung nangis di atas bantal, atau banting-banting semua berkas kantor yang dibawanya pulang, sehabis Julian mengabarkan berita buruk tempo hari. Cantika? Dia bahkan harus ke kantor.

"Ohya, Rel, ada waktu seminggu ini untuk membereskan semua barang-barang di kantor, sekalian serah-terima sama Pak Alfian. Pak Alfian dan Pak Julian seminggu ini ke kantor terus, kok." Suara Cantika terdengar hati-hati.

Aurelia menarik napas panjang.

"Iya, entar gue cari waktu buat ke kantor."

Memang sih, dia dapat pesangon. Paling enggak selama pandemi Covid-19 yang entah sampai kapan ini, dia masih punya pegangan untuk bertahan hidup. Mau melamar pekerjaan juga ke mana? Banyak industri runtuh, bahkan gulung tikar.

Kantor mereka mengalihkan nyaris semua urusannya via online. Sebenarnya ini sudah dipersiapkan kantornya untuk program tahun 2021. Kantor pun sudah mengumumkan tahun 2021 secara bertahap akan mengurangi tenaga kerja manusia. Tapi kan itu masih tahun depan... mereka tak menyangka akan terjadi lebih cepat.

Dia bahkan belum mengabarkan David soal ini.

Ke ayahnya juga belum.

Ke kakaknya... belum....

Hanya Jefri Nichol, Reza Rahardian, dan Adipati Dolken saja yang sudah dia beri tahu. Mereka bertiga ini setiap malam tidur satu kasur dengannya, sebagai pereda stresnya dan (katanya) penyerap energi negatifnya. Merekalah yang menyaksikan semalam Aurelia menangis sesegukan karena dipecat. Mereka dengan tatapan matanya yang lucu, memandangnya, mendengarkannya curhat, sambil sesekali mengeong manja.

Adipati bahkan menyundulkan kepalanya ke pipi kanan Aurelia, seperti hendak memberikan dukungan.

Lalu Reza guling-guling di depannya dan tidur terlentang, minta perutnya dielus.

Jefri lebih cool. Dia jaga jarak, jarang mau menyentuh atau disentuh, tapi kasih sayang dan perhatiannya dapat Aurelia rasakan.

Oh, Jefri, Reza, Adipati emakmu ini sekarang pengangguran. Bagaimana Emak membiayai makanan kalian yang mahal itu?

Dengan wajah tabah dia menengok ke arah tiga kucing gembulnya.

"Maaf Jefri, Adipati, dan Reza, persiapkan diri kalian... puas-puasin makan sisa stok Royale Canina itu, karena selanjutnya makanan kalian harus pindah ke mereka lain yang lebih murah. Maafkan Emak, huhuhu...."

Dan adegan paling mengharukan siang itu terjadi. Aurelia berpelukan dengan Jefri, Reza, dan Adipati.

***

Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

www.storial.co
Facebook: Storial
Instagram: storialco
Twitter: StorialCo
YouTube: Storial co

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha