#MahakaryaAyahIbu: Rumah Kecil untuk Kue Ibuku

Artikel ini merupakan karya tulis peserta kompetisi storyline "Mahakarya untuk Ayah dan Ibu" yang diselenggarakan oleh IDNtimes dan Semen Gresik.
Kriiinngg.. kriinnngg…
Alarmku berdering tepat disamping telinga, alarm yang sudai mulai usang sebagai hadiah ulang tahun dari kakakku ketika pulang dari hongkong. Perlahan membuka mata, telingaku tersentil dengan suara mesin yang khas kudengar di waktu menjelang shubuh seperti ini. Yapss, suara mesin mixer ibuku sudah berkoar-koar lebih dulu sebelum adzan shubuh berkumandang,
Entah memang inilah namanya kerja keras, atau hanya sekadar mengisi aktivitas agar tetap produktif. Waktu menunjukkan pukul 06.15. Adonan yang telah didiamkan dengan harapan agar bisa mengembang, telah siap dicetak hingga dalam tampilan terang bulan yang eye catching.
Seperti biasanya, aku memasukkan kue mungil ini kedalam setiap kotak dan mengantarkannya ke warung kopi sebagai teman minum kopi para pekerja pabrikan. Kayuhan sepedaku biasanya lebih kukencangkan untuk mengejar waktu pagi para pekerja yang lapar. Meski sebenarnya risih dengan asap rokok mereka, aku tetap mengantarkan kue ini ke setiap warung kopi langgananku.
Pengantaran ke warung kopi yang ke empat, mataku terpikat pada toko kue di ujung jalan Ir. Soekarno. Meski tidak terlalu besar dan dibilang kuno, tapi rasa tentram oleh perpaduan warna dari desain muka, serta beberapa pilar penopang di sudut toko ini menjadikan kualitas nya tetap kokoh tak tertandingi.
Kayuhanku kuhentikan perlahan, kuraih tanah dengan langkah kakiku dan menuntun sepeda ini mendekati toko tersebut. Hasratku mengamati kini berganti ingin masuk kedalamnya, sebenarnya aku pernah beberapa kali membeli kue di toko ini untuk sahabatku.
Klincing…
Bel yang terpasang di atas pintu itupun menyambut kedatanganku.
Di ujung jendela itu, gadis dengan seragam SMA terlihat sedang asyik memainkan gadget dengan sepiring cheesecake dan minuman frappuchino. Didepan kasir, beberapa pekerja kantoran membawa nampan yang berisi variasi kue pilihan mereka dan capit. Musik pagi ini benar-benar membuat suasana menjadi lebih baik.
Sejenak, membuat aku berimajinasi untuk memilikinya sendiri.
“Mungkin akan berbeda rasanya, ketika setiap pagi yang kulihat adalah antrian orang mengantri untuk kue-kue ku ini” tuturku dalam hati.
Bukan sesuatu yang besar memang, tetapi inilah doa yang pernah orang tuaku sampaikan siang itu. Mahakarya atas perpaduan impian dan kerja keras yang memacu ku untuk bangkit mewujudkannya.