[CERPEN] Mati Rasa

Tak ada yang bisa memahamimu, karena kau tak membiarkan orang lain untuk memahamimu.

 

Pernahkah kau bertanya-tanya, untuk apa dirimu hidup?

Terkadang, kau merasa begitu hampa. Tak punya tujuan pasti, layaknya kapal yang terombang-ambing di tengah lautan luas. Kau hanya membiarkan dirimu terseret ombak, mengikuti arus yang menyeret perahu kecilmu, tanpa niatan sedikitpun untuk menggunakan dayungmu.

Kau merasa begitu sepi di tengah kerumunan orang-orang. Semua orang memiliki tujuannya, terkecuali dirimu yang masih bertanya-tanya apa arti kehidupan ini bagimu. Lagi-lagi kau membiarkan waktu menarik dirimu, kau hanya melangkah tanpa tujuan pasti. Hanya melakukan apa yang harus dilakukan, itulah dirimu.

Orang-orang bilang kau adalah pekerja keras. Tak lupa mereka menambahkan bahwa masa depanmu pasti bahagia. Kau kebingungan, masa depan apa? Kau tidak mempunyai rencana sama sekali untuk masa mendatang. Kau hanya berusaha menjalani kehidupan seperti orang-orang normal lainnya. Kau ingin agar mereka mengakuimu seperti orang normal kebanyakan.

Lantas mengapa kau menganggap dirimu tidak normal? Apa karena kau tidak bisa merasakan emosi apapun lagi? Apa rasa sakit dan pahit yang berulangkali itu akhirnya membuat hatimu mati rasa? Atau kau sengaja membunuh emosimu hingga kau tak akan merasakan rasa sakit yang sama lagi?

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Bukankah kau punya keluarga yang siap melindungimu? Bukankah kau punya teman yang akan membantumu? Kau punya mereka, tapi kau memilih untuk menanggung beban itu sendiri. Menipu mereka bahwa selama ini kau selalu bahagia dan tak pernah terluka.

Manusia diciptakan untuk bersosialisasi. Itulah teorinya. Namun, sepertinya kau tidak bisa memahaminya dengan baik. Mencurahkan isi hatimu bukanlah sebuah dosa. Kau punya keluarga dan teman yang selalu ada di sisimu. Mengapa kau malah membiarkan dirimu tenggelam dalam kegelapan?

Apakah kau terlalu nyaman dengan kesendirianmu hingga tak membiarkan seorang pun meraih tanganmu untuk membebaskanmu?

Naif sekali dirimu, jika berpikir kau cukup kuat untuk mengobati luka itu seorang diri. Sekarang lihat akibatnya, kau kehilangan dirimu yang dulu. Kau merasa asing dengan dirimu sendiri. Kau mencoba untuk mengembalikan dirimu yang dulu, tapi semuanya sudah terlambat. Sekarang, semua tentang dirimu adalah kepalsuan.

Kau bisa membohongi semua orang. Semuanya. Kecuali dirimu sendiri. Kau tahu betapa payahnya aktingmu. Bagimu kebohongan yang kau lakukan bukanlah sandiwara, itu hanyalah topeng. Topeng yang akan lenyap begitu kau memasuki dunia kecilmu yang begitu sunyi dan gelap.

Tak ada yang bisa memahamimu, karena kau tak membiarkan orang lain untuk memahamimu.

Kau menjalani semuanya hanya untuk tuntutan hidup. Tanpa berusaha mencari apa yang kau sukai, apa yang kau inginkan, apa yang kau mau. Bagimu semua sama saja. Senang, sedih, marah, ataupun kecewa, kau tak bisa merasakannya lagi. Tak ada bedanya dengan boneka hidup.***

Reza Dewanti Photo Writer Reza Dewanti

Saya suka menulis fiksi dan non-fiksi, tapi menulis fiksi adalah yang terbaik karena disana saya bisa berimajinasi dengan bebas tanpa terikat hal-hal bersifat ilmiah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya