[CERPEN] Sisa Kasus Hari Itu

"Aku sangat bersyukur kau ikut bersamaku”

Aku terbangun dalam tidur lelapku. Kulihat jam menunjukkan pukul 2 malam. Ada apa denganku? Tak biasanya aku terbangun seperti ini. Kuraih ponselku dan kulihat ada sebuah pesan yang telah terkirim sejak pukul 9 malam. Ya, memang aku memutuskan untuk tidur lebih awal malam ini karena besok aku harus menghadiri rapat mingguan yang direncanakan bosku.

Kulihat pesan itu dan terkejut.

“Tolong, tolonglah aku. VN”.

Itulah sebuah pesan yang tiba-tiba masuk ke ponselku. Perasaan heran menyeruak. Jantung berdebar dengan kerasnya. Ada apa ini? Sahutku dengan keringat dingin mulai membasahi wajahku. Kulihat nomor pengirim pesan tersebut. Nomor aneh yang tak kukenal. Dalam hati berpikir, siapa yang mencoba meminta tolong padaku.

Kulewati jam demi jam dengan gelisah, aku ingin tidur mengingat rapat yang harus aku hadiri esok pagi. Namun, pikiranku kembali pada seseorang yang telah mengirim pesan kepadaku. Perasaan takut sekaligus penasaran dengan apa yang sedang terjadi. Semakin ku berpikir, semakin cemas aku memikirkannya. Sampai akhirnya alarm jam ku berbunyi tepat pukul 6. Aku senang karena aku bisa terlelap dalam kecemasanku tadi malam.

Aku bersiap berangkat ke kantor. Mandi selama 30 menit sesuai kebiasaanku. Roti isi selai kacang merupakan saarapan wajibku disamping secangkir kopi hangat yang selalu menjadi minuman favoritku selama 6 tahun ini. 

Ya, aku adalah seorang reporter kriminal yang bekerja di sebuah stasiun TV di kotaku. Aku ditugaskan untuk mencari berita-berita kriminal yang terjadi di kotaku. Sudah 6 tahun aku bekerja dalam acara ini. Beribu berita kriminal sudah ku tulis dan kulaporkan pada para pemirsa. 

Terkadang aku mendapat pujiaan ketika aku sedang makan diluar. Orang-orang mengenalku, mereka bilang aku adalah wanita yang tangguh yang selalu berhasil menangkap penjahat. Aku hanya tertawa dan berterimakasih pada mereka. Sebenarnya dalam memecahkan kasus-kasus kriminal tersebut aku dan kepolisian bekerja sama untuk menangkap para penjahat itu.

Setelah berkendara 15 menit, sampailah aku di ruangan kerjaku. Ruang kerja penuh dengan kertas berserakan di mejaku. Aku segera dipanggil menuju ruang rapat karena waktu sudah menunjukkan pukul 7. 

Aku keheranan, tak biasanya rapat diadakan sepagi ini. Kutanyakan pada teman kerjaku yang dekat dengan bosku. “Apa yang terjadi hari ini?” Begitu ucapku. “Mungkin dia sudah mendapat promosi dan tak sabar untuk memberitahukannya pada kita,” jawabnya sambil tertawa.“ Hush, sok tahu!” Aku berlalu sambil mencubit perutnya.

Dalam rapat kerja itu, bosku memaparkan sebuah kasus yang menyita perhatianku. Sebuah kasus tentang pencurian di sebuah apartemen yang melibatkan seorang pejabat negara yang terkenal. Ternyata itu adalah kasus 2 tahun lalu yang telah ditutup karena kurangnya bukti. Yang sangat mengagetkanku adalah cerita tentang seorang wanita yang bekerja di apartemen itu yang sampai saat ini dikabarkan telah menghilang oleh keluarganya.

Dug...dug...dug... dadaku berdebar kencang. Aku teringat akan pesan yang tadi malam aku dapatkan. Tentang seseorang yang meminta tolong padaku. Apakah dia wanita tersebut? Dalam hatiku terus berpikir. Bulu kudukku langsung merinding memikirkan hal itu.

Ternyata aku terbawa dalam lamunan. Ternyata bosku sudah ada di depan wajahku. “Apa yang kau lamunkan?” Ujarnya. Aku terdiam gugup tak bisa bicara. Masih kaget rasanya memikirkan kasus ini dengan peristiwa tadi malam. 

“Ini kasus yang penting, ini berpengaruh terhadap reputasi kita sebagai acara reportase terbaik di kota ini,” ia berkata dengan lantang. Lalu ia melanjutkan bahwa kita sebagai wartawan kriminal harus bisa membantu polisi untuk membantu polisi menemukan wanita itu. Lalu dia bertanya siapa yang akan berpartisipasi dalam kasus ini. 

Lalu aku pun dengan senang hati menerima tawaran itu. Namun bosku tak setuju denganku, ia lebih mempercayakan liputan ini pada seniorku. Dia 2 tahun lebih lama bekerja dalam acara ini. Ia bahkan telah dipercaya kepolisian untuk turut serta dalam setiap penyergapan kasus-kasus besar. 

Namun, aku bersikeras untuk terlibat karena aku yakin kejadian tadi malam akan membantuku dalam menemukan wanita itu. Namun, aku tak menyampaikan alasanku pada bosku, aku hanya mengatakan bahwa aku rela mendapat pengurangan gaji jika hasil kerjaku tak baik. Melihat semangatku yang tinggi, bosku tak segan menyerahkan kasus ini padaku.

Aku langsung menghubungi Detektif Collin yang memegang kekuasaan penuh atas kasus ini. Aku mengutarakan niatku untuk bergabung dalam tim penyelidikan. Ia ragu karena dirinya belum ingin mengekspos ke media tentang kasus ini. Namun aku bersikeras bahwa dengan analisis seorang jurnalis akan membantu mereka menemukan berbagai petunjuk dalam kasus tersebut.

Kami bertemu di sebuah kafe dekat kantor kepolisian. Disana kami sempat berbincang dan akhirnya memutuskan untuk segera pergi ke apartemen tempat kejadian perkara. Lalu kami bertemu dengan pemilik apartemen ini. ‘Apartemen ini sudah kosong selama 2 tahun. Tak ada yang ingin menyewanya lagi” tukasnya. 

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Ia mengatakan bahwa ia mengalami kerugian yang lumayan besar karena ia kehilangan 1 unit yang tak bisa disewakan. Karena sudah tersiar kabar bahwa dalam apartemen ini ada kasus pencurian yang memakan korban.

Detektif Collin menggeram dan berkata “Inilah mengapa, aku tak ingin reporter terlibat dalam kasus kriminal. Aku memandangnya dan mengalihkan pembicaraan. Aku meminta si pemilik untuk segera membukakan pintu apartemen ini. Barang-barang masih berserakan, detektif colin mengamati barang-barang tersebut satu persatu. Mencari apakah masih ada petunjuk yang masih bisa digunakan.

Lalu ia mendapati sebuah surat yang menguning di sisi sofa. Sepertinya surat itu dituliskan saat kejadian itu dan disembunyikan.

Dalam surat itu tertulis:

Aku tak tahu apa yang akan terjadi padaku. Aku hanya berharap Tuhan bersamaku dan menolongku. Aku hanya seorang pembantu rumah tangga biasa yang menyimpan semua rahasia dirumah ini. Aku tahu apa yang terjadi dirumah ini. Tapi aku akan tutup mulut. Sampai kau menemukanku ditempat persembunyianku.

VN

Aku melihat surat itu dan membaca perlahan seluruh isinya. Lalu kutuliskan dalam jurnalku sebagai bahan untuk reportaseku. Melihat inisial namanya, aku sadar dengan pesan yang kudapatkan tadi malam. 

Dengan cepat mengeluarkan ponselku dan memperlihatkan pada Detektif Collin. Detektif Collin terkaget melihat pesan itu. Ia tak percaya dengan apa yang dibacanya. Seseorang mengirim pesan kepada seorang wartawan kriminal pada saat dimana kasus ini dibuka kembali. Detektif Collin menganalisa semuanya dan sampai pada kesimpulan bahwa mungkin wanita itu tak diculik, ia hanya bersembunyi. Ia hanya menginginkan pejabat publik itu merasa terancam karena dirinya masih hidup. Detektif Collin tertawa.

Detektif Collin memang terkenal akan analisanya dalam mengungkap kasus-kasus besar.

Detektif Collin mengatakan bahwa ia lah yang dulu memegang kasus ini dan menutup kasus ini atas permintaan pejabat publik tersebut yang tidak mau mengekspos pencurian dirumahnya. Ia tak pernah menemukan secarik kertas apapun di apartemen tersebut.

Maka sangatlah aneh, ketika ia menemukan sebuah kertas yang berisikan surat dari pembantu rumah tangganya. Oleh karena itu, Detektif Collin menyimpulkan bahwa sang pembantu rumah tangga itu akan datang dan mengungkap rahasia pejabat publik itu di waktu yang tepat. 

Detektif Collin menghubungi nomor yang mengirimkan pesan padaku. Lalu ia mendapatkan sebuah alamat dan segera menuju alamat tersebut. Kami bertemu dengan wanita itu. Seorang wanita paruh baya yang cantik dan menarik yang kupikir sangat mustahil menjadi seorang pembantu dirumah itu. 

Ternyata Detektif Collin dan wanita itu saling mengenal, Detektif Collin sangat bersyukur bahwa ia masih hidup. Kemudian wanita itu berkata bahwa ia bersedia menjadi saksi dalam kasus 2 tahun lalu yang hampir merenggut nyawanya.

“Aku sangat bersyukur kau ikut bersamaku,” Detektif Collin berbicara padaku. “Aku sangat berterimakasih dan berharap akan bekerjasama lagi denganmu,” tukasnya.

“Aku pun berterima kasih telah mendapatkan kesempatan yang berharga ini.”

”Semoga kita bisa bekerja sama lagi” sahutku.

Lalu kami berjabat tangan dan berpisah. Detektif Colin pergi dengan wanita itu karena ia berjanji akan melindunginya setelah dirinya bersedia menjadi saksi.***

Baca Juga: [PUISI] Surat untuk Pemilik Senja

Rieska Photo Verified Writer Rieska

penyuka sepi dan penikmat kopi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya