[NOVEL] The Benefits of Heartbreak - PROLOG

Penulis: Arini Putri

Tubuhnya membungkuk di depan kloset. Air mengucur deras dari keran, bersamaan dengan carian putih yang dia paksa keluar dari mulutnya. Dia memasukkan tangannya lebih jauh ke kerongkongan, memaksa mulutnya terus memuntahkan cairan itu berulang-ulang. Rasanya amat sakit. Perutnya luar biasa mual dan napasnya terasa panas. Sesaat bahkan rasanya dia tak mampu bernapas. Dia ingin menangis. Namun, dia tak ingin berhenti. Tidak sampai semua yang masuk ke perutnya tadi keluar. Dia tak boleh membiarkan semua makanan itu menggagalkan usahanya.

"Naydelin, open the door!" seru seseorang dari luar, mengetuk pintunya keras-keras-bahkan nyaris mendobraknya. Namun, dia tak peduli. "Naydelin, you hear me? Open the door!"

Gadis itu menarik napas dalam-dalam, kemudian membasuh mulutnya dengan air yang mengucur. Dia mengangkat wajah dan menatap pantulan dirinya di cermin. Wajahnya yang merah dan basah oleh keringat. Dia terlihat amat berantakan. Bagaimana mungkin dia bisa terlihat seburuk ini? Bagaimana mungkin ada manusia seburuk dirinya?

"Naydelin, open the door! Papa bakal hancurin pintunya kalau kamu tetap diam di sana! Cepat buka, Naydelin!"

"You don't understand!" teriak gadis itu. "You don't understand! You never understand!" Gadis itu melempar kotak sabun yang ada di dekatnya ke arah pintu, membuat ketukan di pintu tadi berhenti tiba-tiba.

Air mata mengalir begitu saja di wajahnya. Dan isak tangis mulai tak bisa lagi ditahannya. Gadis itu menjatuhkan tubuhnya ke lantai, meringkuk di sana sambil menangis keras.

"I look like a monster. I look like a monster. How can I look like this? How could  you let me born like this?" bisiknya berulang di sela isak tangisnya, seperti mengucapkan mantra. "It's better if I just die."

***

Gadis itu terbangun. Amat tiba-tiba. Matanya terbelalak. Udara kering yang menyapanya membuat matanya seketika terasa panas dan air mata meleleh di sana. Napas panas dan berat masuk ke dadanya setelah-sepertinya-beberapa detik yang lalu dia lupa bernapas. Dadanya naik turun dengan cepat, mengambil napas sebanyak-banyaknya untuk mengisi dadanya yang perih. Peluh masih mengalir deras di dahinya.

"Are you okay?" tanya penumpang di sampingnya dengan khawatir. Bagaimana bisa tidak khawatir? Penumpang di sebelahnya tiba-tiba terbangun dan terlihat susah bernapas. Dia khawatir gadis itu punya trauma terbang atau semacamnya.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

"Gadis itu menoleh, menatap wajah penumpang di sampingnya tanpa berkata apa-apa sesaat. Otaknya masih berusaha memproses apa yang barusan terjadi. Semua yang dilihatnya tadi... hanya mimpi, kan?

"Okay. I'm okay," jawabnya singkat setelah berhasil mengejar napasnya.

Tak berapa lama kemudian, suara pengumuman dari pilot mengalihkan perhatian mereka-memberikan informasi tentang di ketinggian berapa mereka berada dan berapa lama mereka akan terbang hingga sampai ke Jakarta. Gadis itu kembali menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya. Dia berusaha mengalihkan perhatiannya pada awan keemasan yang melayang di balik jendela. Saat itulah dia melihat pantulan samar dirinya sendiri di sana, tumpang tindih dengan pemandangan langit sore.

Siapa pun yang melihat pantulan itu sekarang pasti akan berkata, bayangan gadis itu tak kalah cantik dengan langit sore yang keemasan di sana. Sepertinya, penumpang di sampingnya yang khawatir tadi juga bukan pengecualian, karena dia sedang menatap gadis itu dengan pandangan kagum yang tak bisa disembunyikan. "Are you really okay? I can help you to get warm drink," ujarnya lagi.

"I'm okay. It's all right. Thank you," balas gadis itu sambil tersenyum sopan.

Gadis itu mengembalikan pandangannya ke jendela sambil bernapas dan tersenyum lega. Dia menegakkan tubuhnya sambil terus berusaha meyakinkan dirinya. Tentu saja. Tentu saja semua tadi hanya mimpi. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Dirinya sekarang bukan lagi dirinya yang dulu. Dirinya yang sekarang telah sempurna. Gadis itu tersenyum tipis, menatap awan yang mulai tertinggal, membayangkan wajah yang sebentar lagi ditemuinya.

Dia berharap wajah itu juga akan menatapnya seperti penumpang di sampingnya tadi. Dia berharap kali ini, dengan dirinya yang baru ini... perasaannya akan berbalas. Dia berharap semua yang telah dilakukannya ini tak akan sia-sia.

***

Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

www.storial.co
Facebook: Storial
Instagram: storialco
Twitter: StorialCo
Youtube: Storial co

Baca Juga: [NOVEL] The Benefits of Heartbreak - BAB 1

Storial Co Photo Verified Writer Storial Co

#CeritainAja - Situs berbagi cerita | Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya