5 Perbedaan Yakitori dan Sate Ayam, Cara Masaknya Gak Sama!

Kamu suka kuliner berbahan dasar ayam? Yakitori dari Jepang dan sate ayam khas Indonesia memang sama-sama memakai daging ayam yang ditusuk, tapi ternyata keduanya mempunyai banyak perbedaan menarik. Mulai dari bumbu, cara masak, hingga penyajiannya, semua mempunyai ciri khas yang bikin masing-masing terasa unik.
Artikel ini akan mengupas lima perbedaan utama antara yakitori dan sate ayam secara lengkap. Buat kamu yang penasaran mengapa keduanya mirip tapi rasanya beda, yuk baca sampai selesai. Siapa tahu setelah ini kamu jadi ingin mencoba dua-duanya.
1. Perbedaan bumbu yang dipakai

Yakitori biasanya hanya menggunakan bumbu sederhana seperti garam (shio) atau saus manis asin khas Jepang yang disebut tare. Tare sendiri terbuat dari kecap asin, sake, mirin, dan gula yang direbus hingga kental. Sementara itu, sate ayam khas Indonesia umumnya dibumbui dengan campuran bawang putih, bawang merah, ketumbar, kemiri, lalu disajikan dengan saus kacang gurih yang kental.
Proses marinasi juga berbeda. Yakitori jarang dimarinasi lama. Jadi, bumbunya dioles saat memanggang agar rasa ayam tetap menonjol. Sebaliknya, sate ayam biasanya dimarinasi terlebih dahulu agar bumbu meresap hingga ke dalam daging.
2. Cara memanggang yang berbeda

Yakitori biasanya dipanggang menggunakan bara arang khas Jepang bernama binchotan yang menghasilkan panas stabil dan aroma khas. Proses pemanggangan dilakukan perlahan sambil dioles saus tare beberapa kali hingga permukaan ayam tampak mengkilap. Dengan teknik ini, daging tetap juicy dan tidak cepat gosong.
Sedangkan sate ayam Indonesia biasanya dipanggang dengan arang kelapa atau kayu keras lokal. Prosesnya lebih cepat, sering dibolak-balik, dan langsung disiram bumbu atau saus kacang saat disajikan. Hasilnya, tekstur permukaan sate jadi sedikit lebih kering dengan aroma smoky yang kuat.
3. Pilihan bagian ayam yang digunakan

Yakitori mempunyai banyak variasi karena hampir semua bagian ayam bisa dijadikan tusukan. Mulai dari paha, kulit, hati, jantung, hingga tulang lunak pun sering dipakai. Setiap jenis yakitori mempunyai nama khusus, misalnya negima (ayam dan daun bawang) atau tsukune (bakso ayam).
Berbeda dengan sate ayam Indonesia yang umumnya hanya memakai daging dada atau paha. Meski ada variasi sate ati ampela, umumnya yang terkenal tetaplah sate ayam daging biasa. Fokusnya adalah tekstur empuk daging yang dipadu saus kacang kental.
4. Cara penyajian yang unik

Yakitori biasanya disajikan polos di atas piring panjang atau mangkuk kecil, terkadang ditemani sedikit garam atau lemon. Saus tare atau shio sudah cukup sebagai penambah rasa tanpa nasi atau lontong sebagai pendamping utama. Terkadang, yakitori juga dinikmati bersama sake atau bir sebagai teman ngemil santai.
Sementara sate ayam Indonesia selalu disajikan lengkap dengan lontong atau nasi putih. Saus kacang jadi bintang utama yang disiram melimpah di atas sate. Tambahan bawang goreng, sambal, dan kecap manis membuat cita rasanya semakin kaya.
5. Filosofi dan budaya yang membentuk rasa

Yakitori lahir dari budaya izakaya Jepang, yakni tempat orang santai makan dan minum selepas kerja. Konsepnya adalah memaksimalkan rasa asli daging ayam dengan bumbu minimalis dan teknik memanggang yang tepat. Karena itu, setiap tusukan yakitori punya rasa yang lembut dan ringan.
Sebaliknya, sate ayam Indonesia lahir sebagai street food rakyat yang kaya bumbu dan rempah. Rasanya gurih, manis, dan sedikit pedas yang cocok disantap ramai-ramai. Filosofi inilah yang bikin sate ayam selalu terasa meriah dan penuh rasa.
Menarik bukan melihat bagaimana budaya mempengaruhi cara kita mengolah makanan? Jadi, kamu lebih suka kelezatan minimalis ala yakitori atau bumbu kaya rasa khas sate ayam? Coba dua-duanya, siapa tahu kamu punya makanan favorit baru.