4 Kontroversi Tanghulu, Camilan Viral yang Picu Perdebatan di Korea  

Tanghulu saat ini sedang hype di Korea Selatan

Tanghulu adalah camilan tradisional Tiongkok yang terdiri dari buah-buahan, seperti stroberi, anggur, atau jeruk yang ditusuk menggunakan tusuk sate kemudian dilapisi dengan lapisan gula kristal. Selama beberapa tahun terakhir, tanghulu juga berkembang dan menjadi sangat populer di Korea Selatan.

Bayangkan saja, dilansir Global Times, pada bulan Oktober 2022 jumlah toko yang menjual tanghulu di Korea Selatan meningkat hingga lebih dari sepuluh kali lipat dalam satu tahun. Bahkan ada beberapa toko yang berhasil menjual 200 tusuk per hari.

Meskipun memiliki banyak penggemar, nyatanya kehadiran tanghulu juga turut menghadirkan kontroversi. Memang apa “kesalahan” tanghulu sehingga membuatnya menjadi camilan yang meresahkan di Korea Selatan?

1. Dianggap sebagai makanan yang buruk

4 Kontroversi Tanghulu, Camilan Viral yang Picu Perdebatan di Korea  tanghulu (commons.wikimedia.org/Andrewhaimerl)

Beberapa orang mungkin masih menganggap tanghulu sebagai makanan yang sehat karena berbahan dasar buah-buahan. Namun seorang apoteker asal Korea Selatan, Lee Seong Geun, langsung menyangkal pemikiran tersebut melalui channel Youtube-nya.

Ditulis dalam Kangnam Times, Lee Seong Geun mengungkapkan bahwa kombinasi buah dan gula bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Menurutnya gula yang digabungkan dengan buah yang kaya fruktosa membuat tubuh sulit mencernanya sebagai energi dan justru disimpan sebagai lemak di organ hati serta perut. Hal ini dapat menyebabkan obesitas, menumpuknya lemak di hati, dan asam urat.

Lebih lanjut, Lee mengatakan bahwa ketika gula dicairkan maka gula tersebut akan berubah menjadi advanced glycation and products (AGEs). AGEs dapat menghambat aktivitas enzim dengan cara mengikat sel-sel tubuh dan menyebabkan peradangan pada sel. Akibatnya, pembuluh darah menjadi kaku dan memicu nyeri otot dan sendi.

Bahkan perempuan dengan kadar AGEs yang tinggi berpeluang mengalami penyakit jantung dan sindrom ovarium polikistik. Karena alasan itulah, ia menobatkan tanghulu sebagai makanan yang buruk dan mengajak para orang tua untuk melarang anak-anaknya mengonsumsi tanghulu.

2. Berdampak pada meningkatnya angka diabetes

4 Kontroversi Tanghulu, Camilan Viral yang Picu Perdebatan di Korea  ilustrasi obesitas (freepik.com/Anastasia Kazakova)

Masih menyambung pada poin sebelumnya, meningkatnya popularitas tanghulu di kalangan anak muda Korea memunculkan kekhawatiran mengenai meningkatnya masalah kesehatan, khususnya diabetes. Pasalnya mengonsumsi dua tanghulu saja sebenarnya sudah melebihi kebutuhan gula yang disarankan untuk anak di bawah umur.

Benar saja, The Herald Tomorrow merilis data yang diberikan Partai Demokrat Korea, di mana data tersebut menunjukkan adanya peningkatan sebesar 24% pada kasus diabetes anak-anak SD hingga SMA dibandingkan dua tahun lalu.

Peningkatan angka diagnosis diabetes paling signifikan terjadi pada siswa SD. Pada tahun 2021 jumlahnya 817 orang, meningkat menjadi   913 di tahun 2022, dan terakhir 1.030 orang pada tahun 2023. Pemerintah, peneliti, dan dokter kemudian menyimpulkan bahwa pelajar yang mengonsumsi tanghulu lah yang memiliki dampak besar terhadap meningkatnya angka obesitas.

Baca Juga: 5 Makanan Korea yang Belum Begitu Dikenal, Tertarik Coba?

3. Ceceran gula dan sampah tusuk tanghulu dianggap mengganggu kenyamanan umum

4 Kontroversi Tanghulu, Camilan Viral yang Picu Perdebatan di Korea  ilustrasi tusuk tanghulu (commons.wikimedia.org/Hans Braxmeier)

Selain berdampak pada kesehatan, tanghulu juga dianggap mengganggu kenyamanan, lho. Hal ini diungkapkan oleh banyak pemilik kafe dan orang-orang yang berjalan di dekat toko tanghulu.

Bukan tanpa alasan, tumpahan sirup gula dari tanghulu yang tidak sengaja menempel pada properti café sangatlah sulit dibersihkan dan turut meningkatkan jumlah serangga yang masuk ke kafe. Belum lagi banyaknya pekerja sanitasi yang melaporkan adanya luka akibat tertusuk tusuk tanghulu yang tajam.

Karena masalah ini, tidak jarang para pemilik kafe akhirnya bentrok dengan penjual atau pembeli tanghulu. Bahkan untuk meminimalisir efek tanghulu pada usahanya, mereka langsung memasang stiker “No Tanghulu” yanga artinya pengunjung tidak boleh membawa tanghulu masuk ke dalam kafe, lapor News Directory.

4. Sisa sirup gula yang dibuang sembarangan bisa memicu kerusakan lingkungan

4 Kontroversi Tanghulu, Camilan Viral yang Picu Perdebatan di Korea  ilustrasi sirup gula untuk tanghulu (YouTube.com/Soon Films)

Konsumsi tanghulu di Korea Selatan yang tinggi nyatanya ikut berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan di Negeri Ginseng tersebut. News Directory melaporkan adanya kasus viral di mana ada oknum pedagang tanghulu yang membuang sisa sirup gula langsung ke saluran pembuangan.

Para ahli menilai bahwa tindakan tersebut bisa menimbulkan masalah besar, seperti penyumbatan drainase yang berpotensi menyebabkan banjir. Seorang profesor dari Universitas Indeok pun menekankan pentingnya pengelolaan limbah yang benar, terutama pada zat-zat seperti sirup gula yang bisa mengeras dengan cepat dan menyebabkan penyumbatan pada sistem drainase.

Menyusul viralnya kejadian tersebut, perusahaan tanghulu itu pun mengakui kesalahannya dan berjanji untuk mengambil tindakan tegas supaya kejadian serupa tidak terjadi di mana mendatang.

Itu dia sederet kontroversi mengenai tanghulu di Korea Selatan. Sejauh ini tidak ada larangan khusus untuk mengonsumsi tanghulu. Hanya saja banyak pihak yang mewanti-wanti masyarakat supaya tidak terlalu banyak mengonsumsi tanghulu serta meminta para pedagang tanghulu untuk lebih memperhatikan aspek kenyamanan dan kesehatan lingkungan.

Baca Juga: 'Food Porn' dalam Tren Makanan Viral, Buruk untuk Kesehatan?

Alfadhylla Rosalina Wibisono Photo Verified Writer Alfadhylla Rosalina Wibisono

Nothing

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

yummy-banner

Topik:

  • Febrianti Diah Kusumaningrum

Berita Terkini Lainnya