Perbedaan Ketupat dan Lontong, Menu Andalan saat Idul Fitri
Gak cuma beda bentuk saja, lho!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ketupat dan lontong merupakan dua makanan yang muncul saat Hari Raya Idulfitri. Namun, ada pula beberapa daerah yang menjadikan keduanya sebagai makanan khas dengan lauk pendamping beragam, seperti kupat tahu, kupat lodoh, lontong balap, dan lontong dekem.
Ketupat maupun lontong juga terbuat dari beras, tapi tampilannya berbeda. Keduanya dapat disajikan bersama maupun sebagai pengganti satu sama lain. Namun ternyata, perbedaan ketupat dan lontong gak hanya pada tampilannya saja, lho.
Perbedaan ketupat dan lontong ternyata cukup banyak, mulai dari makna, bentuk, cara memasak, hingga cara penyajiannya. Kamu sudah tahu belum, nih?
Baca Juga: 5 Makna Hari Raya Idul Fitri yang Sebenarnya, Kebahagiaan Umat Islam!
1. Makna dan filosofi
Ketupat atau kupat berasal dari kata dalam bahasa Jawa, “ngaku lepat” yang bermakna mengakui kesalahan. Ada pula yang menambahkan “laku papat” yang berarti empat tindakan. Keempat tindakan tersebut yakni lebaran, luberan, leburan, dan laburan.
Lebaran berarti akhir dan usai, sebagai pertanda bahwa bulan Ramadan telah usai dan siap menyongsong Idulfitri. Luberan berarti berbagai, mengeluarkan sebagian harta yang lebih (luber) kepada yang membutuhkan. Leburan berarti habis dan melebur, momen saling melebur dosa dengan saling memaafkan. Laburan dimaknai bahwa hati seorang muslim harus kembali jernih dan putih.
Bungkus ketupat yang terbuat dari janur kuning melambangkan penolak bala bagi masyarakat Jawa. Sedangkan bentuknya yang umum memiliki empat sisi, mencerminkan prinsip “kiblat papat lima pancer”. Manusia akan selalu kembali kepada Allah di mana saja berada dan anyamannya yang rumit mewakili beragam kesalahan yang dilakukan manusia.
Lontong diyakini berasal dari “olone dadi kothong” yang berarti kejelekan menjadi kosong. Singkatnya, kesalahan akan habis karena telah bermaaf-maafan. Apabila lontong ini dikaitkan dengan momen saling memaafkan saat Idulfitri.
Ada pula yang menyebut lontong dengan klontong yang bermakna jembatan kecil. Jembatan ini dapat membantu orang melangkah dari satu tempat ke tempat lain. Jika manusia memiliki hati yang lapang, maka akan suka membantu orang lain.
Sedangkan teksturnya yang keras di luar tapi lembut di dalam, melambangkan bahwa hati yang keras akan mudah menerima nasihat orang lain. Hati yang lunak akan mudah menolong orang lain. Harapannya, setelah momen Lebaran, hati akan kembali melunak.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.