Ganti Bahan Baku, 5 Kuliner Tradisional Ini Jadi Simbol Toleransi
Siapa pun dapat menikmatinya tanpa sungkan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pernah tahu kuliner asal Solo bernama cabuk rambak? Meski namanya masih cabuk rambak, kuliner tersebut menggunakan kerupuk dari nasi bernama karak. Rambak sendiri adalah kerupuk yang terbuat dari kulit sapi. Alasan penggantian bahan baku karena harganya yang mahal.
Tak hanya cabuk rambak, lima kuliner ini juga mengganti bahan baku dengan alasan bukan karena bahan bakunya mahal. Melainkan supaya bisa menghargai antar sesama. Tak elak, kelima kuliner ini pun jadi bentuk simbol toleransi.
1. Bir pletok
Minum bir merupakan salah satu budaya yang dibawa oleh penjajah Belanda pada masa kolonial. Hal tersebut diketahui oleh masyarakat pribumi, khususnya masyaralat Betawi yang menduduki daerah Jakarta.
Sayangnya, bir yang diminum oleh para kompeni mengandung alkohol, sehingga membuat warga Betawi tidak bisa ikut merasakannya. Alhasil, masyarakat Betawi pun menginovasi minuman yang tampilannya mirip dengan bir, api tidak beralkohol bernama bir pletok.
Bir tersebut dibuat dari beragam rempah-rempah. Bir pletok juga bukan sekadar minuman. Sebab bahan baku yang digunakan, bir pletok punya banyak manfaat baik bagi tubuh.
Baca Juga: 5 Perbedaan Soto Seger dan Soto Kudus dari Jawa Tengah, Maknyus!
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.