5 Culture Shock bagi Kamu yang Pertama Kali Makan Ramen

Rasanya berbeda dengan saat kita makan mie instan ramen

Ketika berbicara tentang masakan Jepang, selain sushi, ramen adalah nama yang sering kali mencuat. Rasanya yang gurih dan lezat serta harganya yang relatif murah, membuat ramen menjadi pilihan yang tepat untuk dinikmati kapanpun. Namun, bagi kamu yang baru pertama kali mencoba ramen, mungkin akan merasakan beberapa culture shock.

Culture shock semacam ini wajar terjadi dan dialami, kok. Tapi, culture shock inilah yang justru menjadi pengalaman kuliner baru saat menikmati ramen pertama kali. Apa saja culture shock yang dimaksud? Yuk, simak lima diantaranya berikut ini.

1. Variasi topping yang melimpah

5 Culture Shock bagi Kamu yang Pertama Kali Makan Ramenilustrasi topping ramen (commons.wikimedia.org/Andy Li)

Salah satu hal yang paling mengejutkan ketika pertama kali mencicipi ramen adalah banyaknya variasi topping yang bisa kamu pilih. Dari potongan daging babi yang telah dimasak lama hingga telur setengah matang, bambu rebus, daun bawang, dan nori, pilihan topping-nya benar-benar dapat membingungkan bagi pemula.

Di Jepang, setiap area bahkan memiliki variasi topping dan gaya ramen yang khas, yang menambah kekayaan pengalaman kuliner ini.

Topping bukan hanya soal tambahan rasa, tapi juga tekstur dan estetika. Telur ramen yang sempurna misalnya, memiliki kuning telur yang masih sedikit cair, menambah kekayaan pada kuah ramen yang sudah kaya rasa. Bagi sebagian orang yang tidak terbiasa menyantap telur setengah matang seperti ini, hal semacam ini jelas jadi culture shock.

Sementara itu, bambu rebus menambahkan tekstur renyah yang menyenangkan saat dikunyah bersama mi yang kenyal.

Bagi kamu yang terbiasa dengan mi instan atau menikmati ramen instan, kehadiran berbagai topping ini bisa menjadi sebuah kejutan yang menyenangkan sekaligus membingungkan.

2. Keberagaman kuah ramen

5 Culture Shock bagi Kamu yang Pertama Kali Makan Ramenilustrasi ramen kuah shoyu (commons.wikimedia.org/Guilhem Vellut)

Kuah ramen adalah jantung dari hidangan ini dan variasinya luas sekali. Ada kuah shoyu yang berbasis kedelai, miso yang kaya dan gurih, tonkotsu yang kental dari rebusan tulang babi, dan masih banyak lagi. Setiap jenis kuah memiliki karakter dan kedalaman rasa yang unik.

Kamu mungkin terkejut mengetahui bahwa kuah ramen bisa sangat kompleks dan membutuhkan jam-jam lamanya untuk memasak agar mendapatkan kedalaman rasa yang diinginkan.

Ketika pertama kali mencoba ramen dengan kuah miso, misalnya. Kamu akan merasakan kombinasi rasa yang kaya dan kompleks yang tidak kamu temukan di jenis makanan mi lainnya. Ini karena miso itu sendiri adalah hasil fermentasi yang membutuhkan waktu lama untuk mencapai rasa yang sempurna.

Banyak pengunjung yang tidak terbiasa dengan rasa miso mungkin akan terkejut dengan kekayaan dan intensitas rasa ini. Tidak sedikit pula yang membayangkan kuah ramen rasanya mirip dengan kuah mie instan varian ramen yang biasanya mereka konsumsi.

Baca Juga: 5 Tips Makan Ramen di Restoran Jepang, Gak Boleh Berlama-lama!

3. Etika makan ramen yang unik

5 Culture Shock bagi Kamu yang Pertama Kali Makan Ramenilustrasi makan ramen (unsplash.com/Christian Dala)

Salah satu aspek yang mungkin membingungkan bagi wisatawan yang pertama kali makan ramen adalah etika yang terkait dengan cara menyantap hidangan ini. Di hampir setiap restoran ramen pasti aka nada tulisan atau instruksi yang menyatakan menyedot mi dari mangkuk dianggap sebagai cara yang benar untuk menikmati ramen.

Tindakan ini tidak hanya memungkinkan kamu untuk menikmati ramen sembari meniup mi yang panas, tetapi juga dianggap sebagai cara untuk menunjukkan penghargaan pada koki yang telah mempersiapkan hidangan tersebut dengan baik.

Selain itu, menyeruput kuah ramen sampai habis juga merupakan salah satu tanda menghormati para koki yang telah membuat ramen, lho. Caranya mudah. Setelah mi dan topping habis, kamu tinggal mengangkat mangkok lalu menyeruput kuah ramen. Bagi orang Indonesia mungkin akan terlihat rakus, tapi tidak demikian bagi orang Jepang.

Satu lagi, menghisap sumpit yang kamu pakai setelah makan ramen juga dianggap sebagai bentuk penghargaan bahwa ramen yang kamu santap benar-benar nikmat.

4. Berbagai bentuk dan tekstur mi

5 Culture Shock bagi Kamu yang Pertama Kali Makan Ramenilustrasi mi soba (vecteezy.com/topntp26)

Ketika membicarakan ramen, tidak bisa dilepaskan dari berbagai bentuk dan tekstur mi yang digunakan dalam hidangan ini. Ada beberapa jenis mi yang umum digunakan dalam ramen, masing-masing memiliki ciri khas dan keunggulan tersendiri.

Salah satu mi yang paling umum digunakan adalah chukamen, mi gandum yang digunakan dalam banyak jenis ramen di Jepang. Mi ini memiliki tekstur yang halus dan sedikit kenyal, cocok untuk berbagai jenis kuah ramen, mulai dari shoyu hingga miso. Selain itu, ada juga mi yang disebut sebagai harusame, mi yang sangat tipis dan transparan yang terbuat dari tepung kacang polong atau tepung kentang. Mi harusame memiliki tekstur yang sangat lembut dan ringan, sehingga cocok untuk kuah ramen yang lebih ringan seperti shio ramen.

Saat ditanya apa mi ramen yang paling enak atau paling favorit, preferensi setiap orang bisa sangat subjektif. Beberapa orang mungkin lebih suka mi chukamen karena teksturnya yang kenyal, sementara yang lain mungkin lebih menyukai mi soba karena aroma gandumnya yang khas. Namun, mi yang paling umum digunakan dalam ramen adalah mi chukamen karena teksturnya yang cocok untuk berbagai jenis kuah dan topping, serta kemudahan dalam pengolahan dan penyajian.

5. Kecepatan penyajian ramen

5 Culture Shock bagi Kamu yang Pertama Kali Makan Ramenilustrasi membuat ramen (commons.wikimedia.org/Diego Delso)

Meskipun ramen disajikan dengan cepat setelah kamu duduk di restoran, proses pembuatan kuah dan persiapan topping-nya seringkali melibatkan waktu yang cukup lama dan perhatian yang detail.

Sebagian besar kuah ramen, terutama yang berasal dari kaldu tulang seperti tonkotsu, miso, atau shoyu, dimasak dalam periode waktu yang panjang, kadang-kadang bahkan berjam-jam lamanya. Contohnya, kuah tonkotsu yang kaya dan kental biasanya dimasak selama lebih dari 12 jam dengan api yang rendah sehingga memungkinkan kolagen dan lemak dari tulang babi untuk larut sepenuhnya, menciptakan rasa yang mendalam dan tekstur yang khas.

Selain itu, persiapan topping seperti chashu (potongan daging babi panggang) dan ajitama (telur setengah matang) juga melibatkan proses yang rumit dan memakan waktu.

Chashu biasanya dimasak dalam bumbu khusus dan dipanggang atau dipanggang sebelum dipotong menjadi potongan tipis yang empuk dan penuh rasa. Sementara itu, telur ajitama dimasak dalam larutan yang mengandung kecap manis, mirin, dan sake selama beberapa jam, menciptakan lapisan rasa yang dalam dan tekstur yang lembut.

Meskipun proses persiapan ini memakan waktu, restoran ramen kebanyakan mampu menghadirkan hidangan dengan cepat dan efisien setelah kamu duduk sehingga kamu bisa menikmati ramen segar dan lezat dalam waktu singkat setelah memesannya.

Makan ramen untuk pertama kalinya adalah pengalaman yang tak terlupakan. Selain menghadapi culture shock yang mungkin terjadi, kamu juga telah memperoleh wawasan baru tentang budaya dan kuliner Jepang.

Meskipun mungkin ada beberapa culture shock yang kamu rasakan saat pertama kali makan ramen, jangan ragu untuk terus mencobanya dan temukan rasa ramen favoritmu. Siapa tahu kamu akan menjadi penggemar ramen dan ingin mencicipinya di berbagai restoran ramen di Indonesia atau bahkan di Jepang!

Baca Juga: 5 Tips Meracik Kaldu Ayam untuk Ramen ala Rumahan, Umami!

Annisa Nur Fitriani Photo Verified Writer Annisa Nur Fitriani

She goes Boom!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

yummy-banner

Topik:

  • Febrianti Diah Kusumaningrum

Berita Terkini Lainnya