Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kimbap (commons.wikimedia.org/changupn)

Sushi dan kimbap sering kali disangka makanan yang sama karena bentuk dan penyajiannya memang sekilas tampak serupa. Keduanya sama-sama digulung dengan rumput laut, berisi nasi, dan dipotong-potong menjadi bagian kecil yang praktis disantap. Perbedaan makanan ini sebenarnya cukup jelas jika dilihat dari bahan, rasa, dan cara penyajiannya. Masyarakat yang baru mengenal kuliner Asia Timur mungkin masih menyamakan keduanya, padahal sushi berasal dari Jepang, sementara kimbap adalah makanan khas Korea.

Ketika ditelusuri lebih jauh, nyatanya baik sushi dan kimbap punya sejarah dan filosofi makan yang berbeda. Mulai dari jenis beras yang digunakan, cara pengolahan, isian, hingga pelengkapnya, semua punya ciri khas tersendiri. Agar kamu tidak lagi tertukar saat melihat keduanya di meja makan, berikut lima perbedaan utama antara sushi dan kimbap yang perlu kamu tahu.

1. Sushi menggunakan cuka, kimbap mengandalkan minyak wijen

ilustrasi nasi sushi (vecteezy.com/Srinrat Wuttichaikitcharoen)

Salah satu hal paling mendasar yang membedakan keduanya terletak pada nasi yang digunakan. Sushi dibuat dengan menggunakan nasi yang diberi campuran cuka beras, gula, kemudian diberi sedikit garam sehingga menghasilkan rasa asam manis yang khas. Campuran ini tidak hanya memberi rasa tapi juga berfungsi sebagai pengawet alami karena sushi awalnya dibuat sebagai metode pengawetan ikan.

Sebaliknya, nasi yang digunakan saat membuat kimbap biasanya diberi minyak wijen dan juga garam. Ini membuat rasa nasi kimbap lebih gurih dan harum. Minyak wijen tidak hanya menambah cita rasa tetapi juga memperkaya tekstur nasi agar terasa lebih lembut. Keduanya memang menggunakan nasi, tapi bumbunya punya karakter yang sangat berbeda dan ini memberi dampak besar pada keseluruhan rasa.

2. Sushi meng-highlight ikan mentah, kimbap justru mengandalkan isian matang

ilustrasi kimbap (vecteezy.com/Artit Oubkaew)

Isian pada sushi umumnya menggunakan ikan mentah seperti salmon, tuna, atau belut yang diolah segar. Hal ini menjadi salah satu ciri utama sushi, karena keaslian rasa ikan segar adalah daya tarik utamanya. Bahkan, dalam sushi yang menggunakan topping matang sekalipun, bahan dasarnya tetap diolah seminimal mungkin untuk menjaga rasa aslinya.

Sementara itu, kimbap justru lebih fleksibel dan sering kali berisi berbagai lauk matang seperti telur dadar, wortel, bayam, sosis, hingga daging tumis. Kimbap tidak pernah menggunakan ikan mentah karena dari awal dibuat sebagai makanan praktis untuk bekal, sehingga harus higienis dan tahan lama. Ini membuat cita rasa kimbap lebih kompleks karena ada banyak elemen rasa dalam satu gulungan.

3. Sushi disajikan dengan wasabi, kimbap tidak butuh pelengkap rasa pedas

ilustrasi sushi (vecteezy.com/Andrey Starostin)

Sushi biasanya disajikan dengan pelengkap seperti wasabi, shoyu (kecap asin Jepang), dan acar jahe. Wasabi menjadi bagian penting karena fungsinya bukan hanya memberi rasa pedas, tapi juga sebagai antibakteri alami untuk mengurangi risiko dari ikan mentah. Kombinasi ini sudah jadi standar dalam penyajian sushi di berbagai negara.

Berbeda dari itu, kimbap justru malah disajikan tanpa saus pendamping. Rasa gurih dari nasi dan isian yang sudah matang dianggap cukup. Kadang-kadang kimbap bisa disantap dengan kimchi atau sup ringan, tapi tidak pernah dengan saus pedas khusus seperti wasabi. Karakter kimbap yang lebih ringan dan praktis membuatnya cocok dimakan langsung tanpa tambahan rasa dari luar.

4. Sushi disusun minimalis, kimbap tampil warna-warni

ilustrasi kimbap (commons.wikimedia.org/ウィ貴公子)

Sushi dikenal dengan tampilannya yang minimalis dan estetis. Warna-warna dalam sushi biasanya netral, seperti putih dari nasi, merah dari tuna, atau oranye dari salmon. Estetika penyajian sangat diperhatikan karena sushi bukan sekadar makanan, tapi juga seni visual yang mencerminkan kesederhanaan Jepang.

Di sisi lain, kimbap lebih meriah dalam tampilan. Warna-warna cerah dari wortel, bayam, telur, dan daging tumis terlihat menonjol di setiap irisan. Tujuannya bukan hanya estetika tapi juga menunjukkan keberagaman nutrisi dalam satu porsi. Kimbap memang cenderung lebih kasual dan ditujukan sebagai makanan yang mengenyangkan dan bergizi, bukan sebagai seni visual seperti sushi.

5. Sushi lebih eksklusif, kimbap lebih akrab di kehidupan sehari-hari

ilustrasi sushi (commons.wikimedia.org/Tim Reckmann)

Sushi sering kali dianggap sebagai sebuah hidangan istimewa yang disajikan dalam acara-acara khusus atau dijual hanya di restoran premium. Harga bahan mentah seperti ikan segar yang tinggi dan keterampilan khusus dalam pembuatannya membuat sushi cenderung lebih eksklusif. Bahkan dalam budaya Jepang sendiri, sushi adalah simbol keahlian kuliner yang butuh pelatihan bertahun-tahun.

Berbeda dengan hal tersebut, kimbap justru lebih membumi dan hadir dalam banyak aspek kehidupan sehari-hari masyarakat Korea. Dari bekal sekolah, piknik, hingga camilan di kereta bawah tanah, kimbap sangat mudah ditemukan. Proses pembuatannya pun lebih praktis sehingga bisa dilakukan di rumah tanpa keahlian khusus. Hal ini menjadikan kimbap lebih dekat dengan keseharian dan tidak terkesan mewah.

Meski sekilas terlihat mirip, sushi dan kimbap menyimpan banyak perbedaan dari segi bahan, rasa, hingga filosofi di balik penyajiannya. Memahami perbedaan makanan seperti ini bukan hanya memperluas pengetahuan kuliner, tapi juga membantu menghargai keberagaman budaya dari dua negara yang berbeda. Jika suatu hari kamu menjumpai keduanya, kamu tak akan lagi bingung membedakannya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team