Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret seseorang memotong daging
Potret seseorang memotong daging (pexels.com/征宇 郑)

Saat membeli daging sapi, kamu mungkin pernah bingung memilih antara daging lokal dan impor. Keduanya sama-sama terlihat segar dan menggugah selera. Namun, sebenarnya punya karakteristik yang berbeda, mulai dari warna, tekstur, kadar lemak, hingga cita rasa saat diolah.

Meski demikian, bukan berarti salah satu lebih baik dari yang lain. Masing-masing punya keunggulan tersendiri yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis masakannya.

Oleh karena itu, mari kita kenali lebih dalam perbedaan kualitas antara daging lokal dan impor seperti di bawah ini, agar tidak salah pilih waktu belanja!

1. Perbedaan dari sisi perawatan dan pemeliharaan

Perawatan menjadi salah satu faktor paling berpengaruh terhadap kualitas daging sapi. Sapi yang dirawat dengan baik akan tumbuh besar hingga mencapai berat sekitar 500 kilogram, serta mengandung protein yang lebih berkualitas.

Sapi impor, seperti dari Australia, biasanya dirawat dengan standar tinggi. Mereka dibiarkan hidup bebas di padang rumput organik dan dijaga agar tidak stres. Sebaliknya, sapi lokal seringkali dipelihara di kandang kecil dan diikat di satu tempat, sehingga aktivitas fisiknya terbatas.

Hal inilah yang membuat daging impor terasa lebih empuk, sedangkan daging lokal terasa lebih padat dan berotot.

2. Jenis pakan yang memengaruhi kandungan gizi

Selain perawatan, jenis pakan juga berpengaruh besar terhadap kualitas daging. Sapi yang diberi rumput segar (grass-fed) mengandung omega-3 lebih tinggi, sedangkan sapi yang makan biji-bijian (grain-fed) cenderung memiliki lebih banyak lemak jenuh dan CLA (conjugated linoleic acid).

Karena itulah, daging sapi impor yang sering berasal dari sapi grain-fed bertekstur lebih lembut dan juicy, cocok untuk olahan seperti steak. Sedangkan, cita rasa daging sapi lokal yang umumnya grass-fed cenderung lebih kuat, sehingga cocok untuk rendang atau rawon.

3. Proses pemotongan berpengaruh pada tekstur

Potret memotong daging sapi (unsplash.com/Kyle Mackie)

Perbedaan berikutnya yang sering luput diperhatikan adalah cara pemotongan sapi. Pemotongan sapi di luar negeri dilakukan dengan sangat memperhatikan kondisi hewan, agar tidak stres. Biasanya, sapi diberi waktu istirahat terlebih dahulu sebelum disembelih, kemudian digunakan teknologi stun, agar sapi pingsan seketika sebelum dipotong.

Sementara di Indonesia, proses pemotongan masih dilakukan secara manual sesuai tata cara keagamaan. Meski sesuai aturan, proses ini kadang membuat sapi stres, sehingga dagingnya menjadi lebih keras dan sulit diolah menjadi steak yang juicy.

4. Distribusi dan penanganan setelah pemotongan

Daging impor biasanya dikirim dalam kondisi chilled atau frozen dengan sistem rantai dingin, supaya terjaga kesegarannya. Proses ini membantu mempertahankan kualitas daging, meskipun menempuh jarak ribuan kilometer.

Sebaliknya, daging lokal biasanya dijual segar tanpa pembekuan, yang membuat aromanya lebih natural. Namun, daging segar ini harus segera diolah, biar gak cepat rusak. Proses penanganan yang berbeda ini juga ikut memengaruhi warna, kelembutan, dan daya simpan daging.

5. Tekstur dan cita rasa akhir

Kalau kamu pernah makan steak di restoran dan mencoba membuatnya sendiri di rumah, mungkin kamu sadar bahwa teksturnya jauh berbeda. Nah, hal itu wajar karena daging impor memiliki serat lebih halus dan marbling lebih merata, hasil dari pakan dan perawatan yang intensif.

Daging dengan kualitas tinggi cenderung lebih lembut dan mudah diolah. Sedangkan, daging lokal cenderung lebih padat dan berserat, cocok untuk masakan yang dimasak lama seperti semur atau dendeng.

6. Harga dan preferensi konsumen

Potret memotong daging (pexels.com/Rachel Claire)

Harga tentu juga menjadi pembeda. Daging impor dijual dengan harga lebih tinggi karena biaya pemeliharaan, logistik, dan teknologi distribusi yang ketat. Meski demikian, banyak orang tetap memilihnya karena tekstur dan cita rasanya yang khas. Daging lokal lebih mudah ditemukan di pasar tradisional dengan harga terjangkau, plus rasanya cocok dengan masakan rumahan khas Indonesia.

Dari berbagai faktor di atas, bisa disimpulkan kualitas daging lokal dan impor sama-sama baik, tergantung pada kebutuhan dan cara pengolahannya. Kalau kamu ingin membuat steak yang empuk dan juicy, daging impor bisa jadi pilihan terbaik. Namun, untuk masakan berbumbu pekat seperti rawon, rendang, atau soto, daging lokal tetap juaranya.

Editorial Team