Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi nugget (unsplash.com/Tyson)

Intinya sih...

  • Processed food dan ultra processed food memiliki perbedaan signifikan dalam pengolahan, bahan tambahan, dan kandungan nutrisi.
  • Processed food mempertahankan nutrisi alami dengan bahan yang mudah dipahami, sementara ultra processed food mengandung banyak bahan tambahan dan nutrisi minim.
  • Konsumsi processed food cenderung aman untuk kesehatan, sementara ultra processed food dapat berdampak buruk jika dikonsumsi secara berlebihan.

Processed food dan ultra processed food merupakan dua istilah yang kerap muncul dalam dunia pangan. Banyak orang yang masih menganggap keduanya sama, padahal perbedaannya cukup signifikan, lho.

Keduanya sama-sama mengolah makanan mentah menjadi makanan siap olah, atau bahkan sudah jadi. Namun, tujuan, cara, dan dampak pengolahannya terhadap kesehatan berbeda-beda. Kamu perlu memahami perbedaan processed food dan ultra processed food, agar dapat memilih makanan yang lebih sehat dan berkualitas sebagai asupan sehari-hari.

Penasaran apa saja perbedaanya? Berikut IDN Times bagikan perbedaan processed food dan ultra processed food yang perlu kamu tahu. Simak baik-baik sampai habis, ya!

1. Definisi processed food dan ultra processed food

ilustrasi yogurt (pexels.com/Shameel mukkath)

Sebelum membahas lebih banyak tentang perbedaan antara processed food dan ultra processed food, kamu harus memahami definisi keduanya. Menurut International Food Information Council, processed food merupakan makanan yang telah diubah dari bentuk dasar atau aslinya. 

Pengolahan tersebut meliputi beberapa proses, mulai dari pemanasan, pasteurisasi, pengalengan, pendinginan, pembekuan, hingga pengeringan. Tujuan dari metode ini yakni untuk meningkatkan daya tahan makanan, memudahkan pengolahan lebih lanjut, dan mempertahankan nutrisi alami makanan.

Sementara itu, ultra processed food adalah makanan yang melalui berbagai tahap pengolahan dan mengandung banyak bahan tambahan, seperti pengawet, pewarna, perasa buatan, dan bahan aditif lainnya.

Metode ini pertama kali diperkenalkan peneliti gizi asal Brasil, Carlos A. Monteiro, pada 2009. Ia mendefinisikan ultra processed food sebagai formulasi industri dengan lima bahan tambahan atau lebih.

2. Contoh processed food dan ultra processed food

Sosisi merupakan salah satu contoh ultra processed food (unsplash.com/pamslens)

Beberapa contoh dari processed food adalah keju, roti gandum, susu pasteurisasi, susu UHT, kacang kalengan, jagung manis kalengan, tepung terigu, ikan kalengan tanpa bahan tambahan, dan mixed vegetables atau sayuran potong beku.

Perusahaan atau produsen biasanya mencantumkan daftar bahan di kemasannya. Bahan-bahannya tidak terlalu banyak dan istilahnya mudah dipahami. Jadi, konsumen atau pembeli bisa memastikan kandungannya relatif aman untuk dikonsumsi.

Sementara itu, ultra processed food meliputi snack kemasan, minuman bersoda atau berkarbonasi, minuman berenergi, sereal, nugget, sosis, yoghurt buah, margarin, es krim, roti atau biskuit yang diolah secara massal, susu formula, makanan alternatif vegan (misalnya daging vegan), dan masih banyak lagi yang lainnya.

Di kemasan produk-produk tersebut, terdapat daftar bahan yang cukup panjang dengan banyak istilah kimia yang tidak familier oleh awam. Hal ini menunjukkan banyaknya penggunaan bahan tambahan.

3. Kandungan nutrisi pada processed food dan ultra processed food

Ilustrasi sereal corn flakes (unsplash.com/nyanastoica)

Dalam metode yang digunakan dalam pembuatan processed food, sebagian besar nutrisi alami pada makanan masih dipertahankan. Misalnya, susu pasteurisasi tetap mengandung kalsium, karbohidrat, lemak, dan protein yang cukup, meskipun telah diproses untuk membunuh bakteri.

Selain itu, processed food juga tidak menggunakan bahan tambahan yang berlebihan. Hal ini membuat nutrisinya cukup seimbang untuk kebutuhan dan kesehatan tubuh.

Sedangkan, ultra processed food melibatkan penambahan pewarna, pengawet, perasa, dan bahan aditif lainnya. Hal ini membuat kandungan nutrisi pada makanan jadi lebih minim. Di sisi lain, makanan juga jadi lebih banyak kalori, gula, garam, dan lemak jenuh.

4. Tujuan konsumsi processed food dan ultra processed food

ilustrasi nugget (unsplash.com/Tyson)

Processed food biasanya digunakan untuk memudahkan pengolahan atau penyajian makanan tanpa mengorbankan nilai gizi yang terlalu banyak. Misalnya kacang merah kalengan atau sayuran beku (mixed vegetables) yang bentuknya masih serupa dengan aslinya dan bisa diolah dengan mudah. Makanan-makanan tersebut dinilai cukup efisien untuk menyajikan makanan tanpa kehilangan manfaat utamanya.

Sementara itu, ultra processed food lebih sering dikonsumsi untuk alasan kepraktisan memasak, rasa yang bervariasi, dan bentuk yang menarik. Fokusnya bukan pada pemenuhan kebutuhan gizi sehari-hari, melainkan sekadar kenyamanan atau kepuasan dalam mengolah atau menyajikan makanan. Tak sedikit orang yang menganggapnya sebagai bagian dari junk food.

5. Dampak kesehatan mengonsumsi processed food dan ultra processed food

Ilustrasi serangan jantung (pixabay.com/tumisu)

Jika dikonsumsi dalam jumlah wajar dan tidak setiap hari, processed food cenderung aman untuk kesehatan. Bahkan, dapat mendukung pola makan sehat. Misalnya yoghurt plain, susu UHT, atau roti gandum. Makanan-makanan tersebut dapat memberikan manfaat untuk kesehatan tubuh, karena kandungan gizinya masih terjaga.

Di sisi lain, kandungan gula, garam, dan lemak yang tinggi, serta minimnya serat dan nutrisi penting pada ultra processed food bisa berdampak buruk untuk kesehatan tubuh. Berbagai risiko dan masalah kesehatan bisa menyerang. Di antaranya seperti obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, hingga kanker.

Tak selalu buruk, beberapa ultra processed food yang difortifikasi justru bagus untuk kesehatan dan mendukung pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi kelompok tertentu. Misalnya bubur bayi siap makan.

Dengan memahami perbedaan antara processed food dan ultra processed food ini, semoga kamu bisa lebih bijak dalam memilih makanan. Perhatikan kemasan dan pilih makanan-makanan yang memiliki dampak baik untuk kesehatan tubuh!

Editorial Team