ilustrasi nasi lesah (instagram.com/lovita_tatak)
Nasi lesah sejenis soto dengan akar kuliner budaya China dan Tamil. Ini juga menjadi alasan kenapa ada banyak variasi soto di Nusantara. Tentunya sudah disesuaikan dengan cita rasa yang cocok dengan lidah orang Indonesia.
Dalam buku Nusa Jawa: Silang Budaya karya Denys Lombard menyatakan bahwa soto berasal dari China yang dikenal dengan caudo atau jau to. Kata tersebut dalam dialek Hokkian berarti jeroan berempah. Akulturasi budaya China di Nusantara terjadi pada masa Laksamana Cheng Ho, antara 1405—1433.
Kemudian, terjadi pula migrasi besar-besaran dari India ke Nusantara. Mereka membawa pengaruh besar kebudayaan Hindu dan Buddha. Selain itu, berasal dari golongan penting, yakni ksatria (militer), waisya (pedagang), dan brahmana (pendeta). Dari sinilah sothi yang menjadi cikal bakal soto, versi sup kari ringan yang awalnya dari wilayah Madurai, Tamil Nadu dibawa ke Nusantara.
Kala itu, Magelang termasuk tempat persinggahan dalam jalur migrasi dari India ke Nusantara. Pantas saja jika meninggalkan jejak berupa banyaknya bangunan candi hingga budaya kuliner berupa sothi yang telah mengalami akulturasi menjadi soto yang dikenal secara luas. Sedangkan nasi lesah di Magelang menjadi salah satu jenis soto varian awal yang dipengaruhi kebudayaan tersebut.