TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Warna-warni Bahan Pangan Eropa untuk Masakan Lokal Khas Indonesia

Rasanya lebih lezat dengan kualitas terbaik

Ilustrasi keju dari Eropa (instagram.com/euagrifood)

Kalau mendengar kata Eropa, mungkin sebagian dari kita akan teringat dengan pastanya yang lezat. Untuk membuat pasta yang enak, dibutuhkan bahan berkualitas tinggi, seperti bahan dari asalnya, yakni Eropa.

Sayangnya, semakin hari produk Eropa di Indonesia semakin sulit ditemukan, karena pandemik yang menghambat proses impor. Nah, baru-baru ini European Union (EU) Agrifood Indonesia mulai mempromosikan kembali kesadaran soal produk pertanian dari Eropa melalui webinar bertajuk "Nikmati Warna-warni Eropa, Keunggulan Cita Rasa" pada Rabu lalu (25/8).

Seperti apa kira-kira? Yuk, simak ulasan lebih lengkapnya di bawah ini ya!

1. Alasan Uni Eropa memilih Indonesia sebagai tujuan promosi utamanya

Kepala Seksi Perdagangan dan Ekonomi pada Delegasi Uni Eropa di Indonesia, Marika Jakas dalam acara Nikmati warna-warni Eropa, Keunggulan Cita Rasa pada Rabu (25/8) (Dok. IDN Times)

Eropa tak hanya menganggap bahan pangan sebagai komoditi. Di balik hal tersebut, ada nilai budaya yang tertanam.

"Inilah kesamaan Indonesia dan Eropa yang beranggapan makanan sebagai warisan budaya penting," ujar Kepala Seksi Perdagangan dan Ekonomi pada Delegasi Uni Eropa di Indonesia, Marika Jakas.

Indonesia juga dilihat sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, sehingga bakal jadi target pasar yang bagus. Selain itu, generasi mudanya yang memiliki minat terhadap kuliner cukup tinggi.

"Sekarang ini trennya banyak orang Indonesia yang mulai membuat inovasi fusion makanan antara Indonesia dan Eropa," kata Ketua PHRI Bidang Pelatihan Sumber Daya Manusia, Alexander Nayoan.

Acara Nikmati warna-warni Eropa, Keunggulan Cita Rasa pada Rabu (25/8) (Dok. Istimewa)

"Produk makanannya tak akan bersaing di Indonesia, tetapi prinsipnya saling melengkapi," lengkap Marika Jakas. Nah, untuk proses masuknya bahan pangan Eropa ini sekarang masih dalam tahap negosiasi dengan Indonesia melalui Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).

2. Bahan pangan dari Uni Eropa menawarkan aspek aman dan berkelanjutan

Alexander Nayoan dalam acara Nikmati warna-warni Eropa, Keunggulan Cita Rasa pada Rabu (25/8) (Dok. IDN Times)

Di era pandemik ini, bisa mengubah pandangan terhadap makanan. Kini dibutuhkan makanan yang aman dan berkelanjutan. Maka, bahan pangan dari pertanian organiklah yang bisa jadi jawabannya.

"Dari Eropa, bahan pangannya melalui kontrol yang ketat untuk mengurangi penggunaan pestisida, pupuk, dan berupaya mengembalikan keanekaragaman hayati," tutur Marika Jakas.

Sayangnya, Indonesia sendiri masih harus belajar banyak untuk membuat bahan pangan yang aman, seperti kata Alexander Nayoan. "Untuk aspek berkelanjutannya sendiri, bagaimana caranya mengubah persepsi orang Indonesia supaya bisa totally worship makanan dari Eropa," katanya.

Bagi orang Indonesia, menurut dia, nomor satu adalah nasi, kedua berupa mi, dan ketiganya, yakni roti. Nah, mereka mengharapkan ada nomor tiga berubah ke nomor dua.

Baca Juga: 10 Makanan Khas Italia yang Lezat Banget, Ada Pizza dan Spaghetti!

3. Produk pangan dari Eropa juga mengedepankan keasliannya

Chef Degan Septoadji dalam acara Nikmati warna-warni Eropa, Keunggulan Cita Rasa pada Rabu (25/8) (Dok. IDN Times)

Keaslian produk pangan dari Eropa bisa dilihat dari indikator geografisnya. "Misalnya champagne khasnya dari kota tertentu, keju juga. Jadi, setiap daerah punya kapabilitas untuk membuat produk tertentu yang rasanya tak bisa ditemukan di tempat lainnya," ucap Marika Jakes.

Biasanya, hal ini dipengaruhi bagimana kondisi lingkungan tiap daerah di Eropa. Selain itu juga, teknik pengolahannya yang turun-menurun, sehingga tak bisa ditemukan di tempat lainnya. Contohnya, keju pun sangat beragam, ada yang dari Belanda, Swiss, Prancis, dan Italia dengan ciri khasnya masing-masing.

"Warisan secara geografis ini dijadikan trademark oleh orang Eropa, sehingga terasa keasliannya. Selain itu, pembuatannya juga alami, tanpa penambahan pengawet dengan kualitas yang konsisten," kata Chef Degan.

4. Beberapa bahan pangan Eropa yang bisa dicampur dengan masakan Indonesia

Kenia Gusnaeni dan Chef Degan Septoadji dalam acara Nikmati warna-warni Eropa, Keunggulan Cita Rasa pada Rabu (25/8) (Dok. IDN Times)

Tantangan paling utamanya adalah bagaimana cara orang Indonesia bisa menikmati bahan pangan dari Eropa. Cara yang terbaik melalui dimasukannya bahan-bahan Eropa ke dalam hidangan Indonesia sebagai langkah awalnya, seperti spageti rendang.

Chef Degan menjelaskan beberapa bahan dalam pembuatan pasta linguine yang bisa dicampur dengan masakan Indonesia. "Pertama, ada pasta linguine dari Italia yang juga disebut sebagai lidah kecil. Cocok dijadikan dengan saus pesto, saus tomat, atau saus ikan," lengkapnya.

Ilustrasi unsalted butter (unsplash.com/Sorin Gheorghita)

Selanjutnya, ada olive oil dari Portugal yang terbagi menjadi tiga variasi, yaitu extra virgin, virgin, dan pure olive oil. Bedanya hanya pada tingkat keasaman dan ketahanan terhadap panas. Untuk pure olive oil bisa digunakan untuk menggoreng aneka hidangan Indonesia.

Selain itu, ada juga anchovies yang bisa jadi pengganti terasi untuk memasak nasi goreng. Ada pula black olive, unsalted butter dari Denmark yang bisa digunakan untuk bahan utama lapis legit, capers dari Spanyol untuk memasak seafood, dan keju Parmigiano-Reggiano dari Italia.

Baca Juga: Resep Spageti Rendang yang Simple, Kombinasi Makanan Lokal dan Italia

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya