TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Food Challenge: Kecanduan Garam Sejak SMP, Ini Lho Dampak Buruknya

Bahaya banget ternyata kalau gak dibatasi

IDN Times/Hanum

Konsumsi garam tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia sehari-hari. Hampir setiap masakan mengandung garam walau dalam takaran yang kecil sekali pun. Di samping itu, tubuh memang memerlukan garam atau sodium dalam jumlah tertentu untuk menjaga keseimbangan kadar air, mempercepat jalan impuls saraf, serta pergerakan otot. 

Namun, sebagian orang nampaknya punya kecenderungan makan makanan ekstra asin, tak afdol rasanya kalau belum ditabur garam tambahan. Gaya makan demikian nyatanya diterapkan oleh Putri Elsa Desyana Christy sejak duduk di bangku SMP. Kesukaannya terhadap makanan asin menimbulkan kecanduan pada garam.

1. Setelah kecanduan minum kecap, sekarang gemar makan garam

heartfoundation.org.au

Wanita yang akrab disapa Elsa ini menceritakan pengalamannya kepada tim "Food Challenge" IDN Times. Ternyata, makan garam bukanlah satu-satunya kebiasaan "unik"   yang ia punya.

"Dari kecil aku memang punya kebiasaan makan agak aneh. Awalnya suka minum kecap, benaran gadoin 4-5 sachet kecap sehari," ujarnya kepada IDN Times, Jumat pekan lalu, (23/03). "Sekitar pas SMP, aku jadi suka makan garam."

Makin hari, rasa ketergantungan terhadap garam makin besar. Selain menaburkan garam di setiap sajian yang ia makan, Elsa bahkan menjadikan garam sebagai camilan. Saat "ngidamnya" lagi kumat, ia bakal menuang garam di atas lepek atau alas cangkir dan memakannya sedikit demi sedikit.

"Makanan ringan kayak makroni pedas pun aku tambahin garam. Mie instan, nasi goreng, bakso, apa pun yang aku makan deh," ujar Elsa. Ia juga selalu sedia garam dalam tempat makan kecil, berjaga kalau keinginannya timbul saat ia tak di rumah.

Baca juga: Food Challenge: Pengalaman Diet Golongan Darah O, Efektifkah?

2. Akibatnya susah sekali turun berat badan

RateMDs.com

Elsa mengaku tak memiliki kendala berarti selama melakoni pola makan tidak wajarnya tersebut. Meski garam identik sebagai penyebab penyakit darah tinggi, tapi ia jarang dilanda pusing atau gejala anomali kesehatan lainnya. 

Satu-satunya permasalahan yang dihadapi kini adalah tidak lancarnya pencernaan dan kenaikan berat badan. Intensitas buang air besar yang sangat jarang membuatnya khawatir, bahkan seringnya hanya sekali atau dua kali dalam sepekan. 

Setahun terakhir, ia juga berusaha mati-matian untuk menurunkan angka di timbangan tapi tak membuahkan hasil. Mulai dari mencoba berbagai jenis diet, menghindari karbohidrat, hingga mengkonsumsi suplemen peluruh lemak. 

Menurut Ahli Gizi Instirut Pertanian Bogor, Ali Khomsan, garam tak ada kaitannya dengan penurunan atau kenaikan berat badan. Namun, kadar garam memang menentukan keseimbangan elektrolit dalam tubuh.

"Saya rasa diet garam yang bikin kurus bukan karena garamnya, tapi karena makanan yang tidak berasa (kurang asin) membuat lebih kita tak berselera makan sehingga porsi makan pun berkurang," tutur Ali.

3. Sempat berhenti makan garam dua pekan

dynamitenews.com

Karena menemui jalan buntu, Elsa mencoba cara terakhir yakni berhenti mengkonsumsi garam tambahan. Makanan yang ia santap punya porsi garam normal, padahal biasanya Elsa makan dengan menaburkan setengah sampai satu sendok teh garam pada sajiannya. Ia juga total menghindari karbohidrat dan menggantinya dengan sayur dan buah.

Usahanya membuahkan hasil, dalam dua pekan bobot tubuhnya menyusut dua kilogram. Tapi keinginan makan garam yang kembali muncul membuatnya berhenti melanjutkan hal tersebut. "Rasanya kangen banget makan garam. Kepikiran terus dan bikin gelisah," tuturnya.

Ali mengatakan, hal tersebut timbul hanya karena kebiasaan makan, karena sejatinya garam tidak memiliki senyawa yang bisa mengakibatkan kecanduan.

4. Apa sih efek buruk terlalu banyak garam dan berapa batas aman konsumsinya?

food.ndtv.com

Tiap harinya, rata-rata kita memerlukan 5-6 gram garam atau setara dengan 1/3 sendok makan. Kalau lebih dari itu, dikhawatirkan bisa memicu tekanan darah tinggi alias hipertensi. Gejalanya memang tak langsung kentara, apalagi saat ini usia masih tergolong muda.

Namun, jika gaya hidup tinggi sodium dilanjutkan dalam jangka panjang, potensi seseorang terserang hipertensi bisa jadi 10 tahun lebih cepat. 

"Mungkin yang harusnya dia masih sehat sampai usia 50 tahun, sudah kena darah tinggi di usia 40 tahun," kata Ali Khomsan. Hipertensi nantinya akan menggiring penyakit serius lainnya masuk. Salah satunya stroke yang diakibatkan pecah pembuluh darah saat tekanan darah naik.

Baca juga: Food Challenge: Makan Junk Food Setiap Hari, Apa yang Terjadi?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya