Unilever Food Solutions Ikut Andil Membentuk Masa Depan Kuliner Dunia

Tamu adalah raja merupakan prinsip dalam melayani konsumen yang dipegang teguh para pelaku bisnis makanan dan minuman, baik lokal hingga internasional. Menyajikan makanan lezat minuman menyegarkan ditemani dengan hiburan menyenangkan jadi tantangan tersendiri bagi pengusaha.
Apalagi di tengah harga bahan baku yang melambung, gaji pekerja yang semakin naik setiap tahunnya, dan biaya operasional lainnya. Karena itulah, para pengusaha bersama chef yang menggawangi lahirnya menu baru makanan atau minuman perlu memutar otak, demi bisnis Food and Beverage (FnB) tetap berjalan dengan prioritas kepuasan konsumen.
Melihat tantangan tersebut, Unilever Food Solutions (UFS) hadir dengan laporan Future Menus Top Global Trends 2024 yang cuplikannya dibagikan di ajang Worldchefs Congress and Expo 2024 di Marina Bay Sands pada 20-25 Oktober 2024. Dalam laporan yang nantinya bisa diakses secara penuh oleh umum di bulan November nanti, UFS mengusung 8 tren kuliner masa depan.
Di antaranya Flavor Shock, The Plant-Powered Protein, Local Abundance, Low-Waste Menus, Irresistible Vegetables, Modernized Comfort Food, Feel-Good Food, dan The New Sharing. UFS berharap laporan ini dapat membantu para chef dan pengusaha FnB untuk terus berinovasi, terutama dalam tren makanan dan minuman yang terus bergerak dinamis.
Dibantu empat chef ternama, yakni Chef Eric Chua (Head of Culinary Services at Unilever Food Solutions), Chef GunGun Chandra Handayana (Executive Chef Unilever Food Solutions Indonesia), Chef Jiraroj Navanukroh (Executive Chef Unilever Food Solutions Thailand), serta Chef Ken Cacho (Executive Chef Unilever Food Solutions Philippines). UFS mengusung beberapa pilihan menu berbasis 8 tren tersebut yang bisa mengilhami para chef dan pelaku usaha FnB untuk terus berinovasi mengembangkan bisnisnya.
Gen Z dan Millennial jadi inspirasi 8 tren Future Menus Top Global Trends 2024 UFS

Gen Z dan Millennial adalah dua kelompok usia yang mendominasi pergerakan dunia saat ini. Tak hanya berburu kuliner enak, mereka juga mencari dining-experience unik yang bisa memuaskan semua indera perasa. Maka dari itu, UFS merilis 8 tren yang diproyeksikan mampu membawa warna baru di dunia kuliner masa depan.
1. Flavor Shock
Dalam semua aspek kehidupan, manusia selalu menginginkan sesuatu yang lebih; entah itu lebih banyak, lebih besar, atau lebih baru. Begitu pula dalam hal kuliner. Gen Z dan Millennial menginginkan terobosan menu dari yang sudah ada sebelumnya. Hal ini yang membuat para chef UFS selalu berinovasi menciptakan menu unik dengan kejutan rasa.
Misalnya seperti Tempe Sando, menu yang diusung Chef GunGun Chandra Handayana. Sando yang merupakan sebutan sandwich bagi orang Jepang ini dikreasikan dengan tempe sebagai isiannya dan tortilla sebagai “rotinya.” Paduan tekstur dan rasa yang keluar saat mencoba Tempe Sando bisa jadi pengalaman kuliner baru yang belum pernah ditemui sebelumnya.

2. Local Abundance
Nyatanya, kita bisa berinovasi soal menu makanan atau minuman dengan bahan lokal di sekitar kita. Sifat bahan lokal yang selalu segar menjamin lahirnya menu dengan rasa maksimal.
Kemudian, ketersediaan bahan lokal yang musiman pun bisa jadi keunikan tersendiri. Sebab, hal ini akan membuat konsumen menantikan munculnya kembali menu tersebut. Menggabungkan bahan lokal dan pengolahan tradisional adalah inovasi baru di dunia kuliner yang perlu dicoba.
Tak hanya itu, dengan merangkul petani atau produsen lokal, para pelaku bisnis pun bisa memperkuat UMKM baik dari sisi ekonomi hingga eksistensi. Home is where the heart is, after all! (Bagaimanapun juga, rumah adalah tempat hati berada!).
3. Low Waste-Menus
Memanfaatkan sisa bahan pangan juga jadi salah satu cara, agar dunia FnB tetap eksis dan berkelanjutan. Dengan meningkatnya harga bahan pangan, kita perlu memanfaatkan semua bahan pangan dengan sisa sekecil mungkin secara lebih cerdasa. Untuk tren ini, Chef GunGun Chandra Handayana mencontohkan dari menu yang sedang dia buat.
Dia sedang membuat menu Mie Udang Seutuhnya. Terbuat dari kulit udang yang dikeringkan dan dijadikan bubuk. Bubuk ini untuk bahan membuat mi-nya. Kemudian, udangnya dibikin kuahnya. "Kita juga bikin sup ikan. Semua basic-nya dari tulang ikan yang dijadikan kaldu dan daging ikan dipotong-potong sebagai isiannya. Jadi, benar-benar tidak ada yang terbuang," kata Chef GunGun Chandra Handayana di Marina Bay Sands.
4. Modernized Comfort Food
Comfort food atau makanan yang familier di lidah penikmatnya selalu membangkitkan nostalgia menyenangkan. Meski terasa nyaman, seringkali para konsumen tertarik mengulik menu tersebut menjadi sesuatu baru, tanpa meninggalkan rasa asli makanan tersebut. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para chef untuk selalu berinovasi.
Untuk tren ini, diperkenalkanlah menu Fish & Chips with Salted Egg Mentai Sauce, menu kreasi dari Chef Jiraroj Navanukroh di acara Worldchefs Congress & Expo 2024. Rasa umami dari ikan goreng dan tekstur kentang goreng yang renyah mungkin sudah familier bagi penggemar fish and chips. Namun, ketika dipadukan dengan gurih asinnya saus salted egg mentai, tentu bikin lidah tak berhenti bergoyang.
Demi menciptakan terobosan dalam memodernisasi comfort food, seorang chef perlu memiliki kedekatan emosional pada suatu makanan, sehingga mereka bisa menceritakannya pada menu yang dibuatnya.
“I’m passionate about experimenting with and creating components using our local ingredients. As chefs, we need to be bolder in trying new combinations! (Saya sangat menyukai eksperimen dan kreasi bahan-bahan lokal. Sebagai koki, kami harus berani mencoba kombinasi baru)," tutur Chef GunGun Chandra Handayana seperti dituliskan dalam laporan Future Menus Top Global Trends 2024 UFS.

5. The New Sharing
Pandemik ikut membawa pola dalam konsumsi kuliner. Setelah “berdiam diri” selama beberapa tahun karena pandemik, kini para konsumen "keluar kandang" untuk mengeksplorasi makanan yang selama ini hanya mereka lihat secara online.
Tak sendirian, mereka turut serta mengajak keluarga atau teman dan membagikan dining-experience tersebut di media sosial. Oleh karena itu, para koki perlu memerhatikan penyajian makanan yang cantik dan menggugah selera.
6. Irresistible Vegetables
Selama ini, sayuran sering dianggap sebagai bahan pendukung dalam sebuah sajian dan sering terpinggirkan. Padahal, ketika diolah secara maksimal, sayuran bisa menjadi pemeran utama, karena bentuknya yang cantik secara natural. Apalagi nutrisinya kompleks dan manfaatnya baik untuk kesehatan. Para chef pun perlu lebih berani mengekplorasi sayuran dan menciptakan menu-menu menggugah selera.
7. Feel-Good Food
Kesehatan holistik jadi hal serius yang perlu diperhatikan demi keberlangsungan hidup manusia. Tak hanya tubuh; pikiran dan emosi yang waras, serta lingkungan, baik sosial maupun spiritual memegang peran penting untuk mendukung kesehatan manusia secara keseluruhan. Dan makanan adalah salah satu faktor utama pendukung kesehatan manusia. You are what you eat! (Kamu adalah apa yang kamu makan).
Feel-Good Food tak hanya terbatas pada rasa enak yang terkecap di lidah ketika mencobanya. Namun, perasaan yang timbul setelah mengonsumsi suatu makanan pun perlu diperhatikan. Oleh sebab itu, inovasi chef dalam menciptakan menu sehat sangat ditunggu. Sebab, makanan bukan lagi lambang dari self-indulgence, tetapi juga bentuk dari self-love.
Peran Indonesia dalam Future Menus Top Global Trends 2024 UFS

Dalam acara Future Menus Top Global Trends 2024 UFS, Indonesia yang diwakili Chef GunGun Chandra Handayana membawakan tren Local Abundance. Penggunaan bahan lokal Indonesia yang ditampilkan dalam kesempatan ini adalah tempe, dihadirkan dalam menu Tempe Sando. Tempe dipilih karena bahan lokal ini masuk ke semua kalangan di Indonesia.
“Seperti yang kita ketahui selama ini, tempe hanya jadi side dish. Namun, dalam konsep ini, saya bikin sando, Japanese sandwich. Di sini tempe menjadi bahan utamanya. Saya kombinasikan dengan ayam singgang, olahan ayam khas Sumatra Barat dengan rasa santan, bumbu, dan daun kunyit. Ada juga rasa manis dari kurma chutney. Kemudian, ada coleslaw dari kol ungu dan caesar dressing dari teri Medan,” katanya.
“Semua kompleksitas yang ada dalam menu ini bisa dirasakan. Ada tempe, ada rasa manis dari chutney, ada pula umami mayones di coleslaw. Semua jadi satu-kesatuan."
Lebih lanjut Chef GunGun menjelaskan sebenarnya banyak bahan pangan lokal Indonesia yang bisa masuk dalam trend Local Abundance tersebut. Namun, penguasaan pengetahuan dan pengolahan makanan lokal jadi suatu masakan harus sesuai dengan keasliannya.
Dari survei dalam laporan UFS, sebanyak 46 persen audiens di Indonesia masih memilih masakan Indonesia. Para audiens tersebut terdiri dari Gen Z, Millennial, dan Alpha. Jadi, masakan Indonesia juga wajib dikuasai para koki muda. "Sebelum dia bisa nge-twist masakan, dia harus tahu dulu authenticity, method cooking-nya harus benar,” tegas Chef GunGun.
“Di trend book, banyak resep masakan Indonesia, seperti cireng rasa soto Lamongan atau batagor yang disajikan dengan saus sayuran. Kami menargetkan 15 menu yang semua resepnya benar-benar kita pikirkan dan kita twist, cross antara masakan Indonesia dan Western.”
Selain Local Abundance, Chef GunGun berpendapat bahwa masakan Indonesia sebenarnya bisa mewakili tren lainnya yakni Modernized Comfort Food, Flavor Shock, dan Low-Waste Menus. “Untuk Flavor Shock, Indonesia banyak banget menunya, seperti rujak ketemu cireng yang umami menghasilkan sesuatu yang segar," ujar Chef GunGun.
Seperti fesyen, dunia kuliner terus bergerak dinamis setiap harinya. Dibarengi dengan pergeseran perilaku konsumen, membuat para pelaku bisnis FnB wajib peka dengan tren dan berinovasi menyajikan menu-menu yang dibutuhkan konsumen.
Dan, dengan kekayaan bahan makanan, variasi metode memasak, serta tampilan sajian yang eksotis; kuliner Indonesia mampu ambil bagian meramaikan dunia kuliner global dan memiliki penggemarnya sendiri.