ilustrasi luka pada wajah (pexels.com/MART PRODUCTION)
Stres juga mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyembuhkan luka, lho. Saat kamu stres, tubuh memproduksi hormon kortisol yang tinggi. Hormon ini dapat menghambat proses penyembuhan luka di kulit.
Akibatnya, luka kecil sekalipun bisa membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh. Hal ini tentunya bisa jadi masalah besar jika kamu memiliki luka yang cukup parah. Ngeri, bukan?
Stres memang tidak bisa dihindari sepenuhnya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dampaknya terhadap kulit perlu menjadi perhatian. Dari dermatitis atopik hingga luka yang sulit sembuh. Efek buruk stres pada kulit sangat nyata dan merugikan.
Oleh karena itu, penting untuk mengelola stres dengan baik agar kulit tetap sehat dan terawat. Mulai dari teknik relaksasi, meditasi, hingga berolahraga dapat membantu menjaga kondisi kulitmu tetap optimal. Jangan biarkan stres menjadi penghalang bagi kulit cantikmu!
Referensi
Zhang, H., Wang, M., Zhao, X., Wang, Y., Chen, X., & Su, J. (2023). Role of stress in skin diseases: A neuroendocrine-immune interaction view. Brain Behavior and Immunity, 116, 286–302.
Chen, Y., & Lyga, J. (2014). Brain-Skin Connection: Stress, Inflammation and Skin Aging. Inflammation & Allergy - Drug Targets, 13(3), 177–190.
Saif, G. a. B., Alotaibi, H. M., Alzolibani, A. A., Almodihesh, N. A., Albraidi, H. F., Alotaibi, N. M., & Yosipovitch, G. (2018). Association of psychological stress with skin symptoms among medical students. Saudi Medical Journal, 39(1), 59–66.