6 Fakta Emotional Dependency, Ketergantungan Emosional yang Merugikan

Bagi kebanyakan orang, ikatan emosional menjadi aspek penting untuk dimiliki dalam suatu hubungan. Tidak hanya dengan keluarga, hubungan dengan teman dan pasangan juga akan lebih berarti apabila memiliki ikatan emosional di dalamnya.
Namun, meskipun positif, hal ini justru bisa membuat sebagian orang mengalami ketergantungan, lho. Hubungan semacam ini termasuk ke dalam hubungan yang tidak sehat, sebab bisa merugikan diri sendiri dan orang lain.
Nah, supaya lebih paham mengenai ketergantungan emosional atau emotional dependency, simak ulasan di bawah ini sampai habis, ya!
1. Apa itu emotional dependency?
Emotional dependency atau ketergantungan emosional merupakan kondisi yang terjadi ketika seseorang merasa selalu membutuhkan dukungan dari orang lain. Biasanya, kata-kata semangat dan pengakuan kerap dibutuhkan untuk memotivasi dirinya dalam menghadapi sesuatu.
Ketika merasa cemas, sedih, takut, ataupun sedang menghadapi masalah, orang dengan ketergantungan emosional akan cenderung melakukan pendekatan ke orang lain untuk meminta bantuan atau dukungan daripada mencoba mengatasinya terlebih dahulu.
Kebutuhan emosional tidak melulu bisa didapatkan dengan cara seperti itu. Diperlukan upaya dari diri sendiri untuk mengelola pikiran dan emosi yang muncul.
Dalam menunjukkan emosinya, biasanya ada kata-kata yang kerap diucapkan oleh orang dengan ketergantungan emosional. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:
- "Harusnya aku gak bicara seperti itu tadi."
- "Aku ganggu, gak?"
- "Apa kamu betul-betul mau pergi sama aku?"
- "Penampilanku oke, gak?"
Rasa takut akan penolakan dan tidak diinginkan oleh orang lain menjadi dasar munculnya pikiran-pikiran tersebut.