Ilustrasi Scrolling medsos (pexels.com/Kerde Severin)
Faktanya, masyarakat Indonesia rata-rata menghabiskan waktu scrolling perangkat seluler 5,7 jam per hari pada tahun 2022, menurut laporan bertajuk State of Mobile 2023, dilansir Tempo.co. Selain itu, Korea Selatan, Singapura, Arab Saudi, dan Brasil tidak jauh dari Indonesia, menghabiskan waktu scrolling perangkat seluler 5 jam sehari pada tahun 2022.
Lalu, apakah hubungan antara scrolling media sosial dengan perut buncit? Tentu ada korelasi, tetapi secara tidak langsung. Jadi, ketika seseorang kecanduan scrolling medsos, ia akan menghabiskan waktunya di depan layar gawai dimana cahaya yang dipancarkan dari gadget sebenarnya menekan produksi melatonin di otak. Cahaya apapun dapat menekan produksi hormon melatonin, apalagi cahaya biru dari gadget yang dampaknya lebih kuat, berdasarkan sebuah penelitian di Harvard dilansir Harvard Health Publishing.
Melatonin adalah hormon yang bertanggung jawab saat kamu merasakan kantuk dan pada akhirnya tertidur. Semakin hari menjadi gelap, semakin banyak hormon melatonin yang diproduksi, semakin mengantuk dan pada akhirnya kamu tertidur pada malam hari. Itulah sebabnya, ketika cahaya lampu di kamarmu dimatikan kamu akan semakin mudah mengantuk dan tidur.
Sementara kamu asyik scrolling medsos, tanpa sadar sinar biru yang dipancarkan dari layar perangkat digital membuatmu semakin tidak mengantuk dan pada akhirnya begadang semalaman suntuk. Tahukah kamu? Begadang dapat memicu perut terasa lapar. Pasalnya, kurang tidur dapat meningkatkan level hormon ghrelin yang berfungsi menimbulkan nafsu makan dan memproduksi lemak, dilansir Sleep Foundation. Sekarang, kamu sudah paham kan korelasi scrolling medsos dengan perut buncit?