ilustrasi laki-laki tua duduk sendirian di kamar (pexels.com/cottonbro studio)
Demensia telah dikaitkan dengan gangguan tidur. Studi dalam Nature Communications tahun 2021 menjelaskan, masalah tidur akibat demensia berpotensi terjadi karena terganggunya siklus tidur-bangun yang disebabkan oleh degenerasi hipotalamus dan batang otak.
Orang-orang yang menderita demensia telah melaporkan mengalami kesulitan tidur nyenyak, lebih sering tidur siang, mudah tersinggung di malam hari, serta sering terbangun di malam hari. Singkatnya, orang dengan diagnosis demensia bisa terbangun sembari menangis yang biasanya berkaitan dengan unsur emosional.
Sesekali menangis saat tidur bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Bagaimanapun juga, manusia memiliki tingkat emosional yang berbeda-beda. Sementara keluarnya air mata atau menangis menjadi salah satu representasi dari jiwa yang penuh emosi.
Namun, jika kamu sering menangis saat tidur sampai mengganggu kualitas kehidupan, perlu dilakukan evaluasi dengan sungguh-sungguh. Jangan ragu melibatkan dokter sebagai tenaga medis untuk membantu mendiagnosis masalah yang mendasarinya. Semakin cepat kondisi diketahui, maka semakin cepat pula pertolongan dilakukan.