TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Jenis Makanan yang Sebaiknya Gak Dibiasakan untuk Balita

Salah satunya yaitu makanan dengan tinggi garam

ilustrasi balita makan (unsplash.com/providence doucet)

Intinya Sih...

  • Makanan tidak dipasteurisasi seperti jus, susu, yogurt, atau keju mentah berisiko bakteri berbahaya dan diare parah.
  • Gula tambahan dapat memicu obesitas dan risiko penyakit jantung pada anak-anak, batasan maksimal 6 sendok teh per hari.
  • Konsumsi makanan tinggi garam seperti makanan kemasan dan junk food dapat menyebabkan tekanan darah tinggi pada anak balita.

Gak bisa dimungkiri sebagian besar orangtua pasti akan mengusahakan yang terbaik bagi anak-anaknya. Termasuk dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dan asupan gizi melalui makanan. Pasalnya asupan gizi yang seimbang penting, utamanya untuk mendukung tumbuh kembang mereka agar lebih optimal. Selain itu, nutrisi dibutuhkan untuk mendukung pembentukan fisik dan mental anak.

Masalahnya memenuhi kebutuhan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan anak sesuai usianya juga bukan hal yang mudah. Terkadang tanpa sengaja orangtua memberikan makanan tertentu karena alasan anak mulai suka. Padahal ada jenis makanan tertentu yang seharusnya belum  diberikan pada anak usia dini. Sehingga meskipun kelihatannya sepele, dampaknya justru bisa berbahaya dalam jangka pendek maupun panjang.

Berikut empat jenis makanan yang sebaiknya jangan biasakan beri pada anak usia dini. Ikuti daftarnya jangan di skip, ya!

1. Minuman atau makanan yang tidak dipasteurisasi

ilustrasi susu (unsplash.com/mary skrynnikova 💛💙)

Pada dasarnya memberikan makanan pada anak-anak  usia balita atau (1-5 tahun) bisa dibilang gampang-gampang susah. Mudahnya  orangtua mungkin bisa membuat pilihan makanan sendiri dengan proses memasak, tanpa harus mencari atau membuat makanan khusus. Meskipun begitu perlu diingat, tidak semua jenis makanan atau minuman boleh dikonsumsi oleh anak balita.

Salah satunya yaitu  jenis minuman atau makanan yang tidak dipasteurisasi.  Produk yang tidak dipasteurisasi  artinya tanpa pengolahan atau masih mentah. Beberapa contohnya yaitu jus, susu, yogurt, atau keju yang tidak dipasteurisasi.  Bukan hal sepele, jenis makanan atau minuman ini kalau dikonsumsi anak bisa berisiko terkena bakteri berbahaya. Yang mana bakteri tersebut bisa memicu diare parah.

2. Makanan dengan gula tambahan

ilustrasi cokelat (pixabay.com/AlexanderStein)

Selain makanan yang tidak dipasteurisasi, anak-anak balita juga tidak dianjurkan konsumsi gula terlalu banyak atau makanan dengan gula tambahan. Pasalnya gula berlebihan bisa menjadi kalori tambahan yang bisa memicu obesitas, hingga menimbulkan risiko penyakit jantung  dan penyakit kronis lainnya dalam jangka panjang. Menurut Central for Disease Control (CDC), Anak-anak di bawah usia 24 bulan harus menghindari gula tambahan. Periksa label fakta gizi untuk menemukan makanan tanpa tambahan gula.

Sedangkan  American Heart Association (AHA) yang dilansir ABC News, merekomendasikan anak-anak  dan remaja tidak boleh mengonsumsi lebih dari 6 sendok teh gula tambahan per hari. Batasan ini berlaku untuk mereka yang berusia 2-18 tahun. Penambahan gula erat kaitannya dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular pada anak-anak melalui peningkatan asupan energi, peningkatan lemak dalam darah, dan obesitas.

Baca Juga: 5 Penyedap Rasa yang Gak Boleh Ditambahkan pada MPASI

3. Makanan tinggi garam atau natrium

ilustrasi sosis (unsplash.com/rachel clark)

Gak bisa dimungkiri garam menjadi bahan dapur yang penting, sebab bermanfaat untuk  penambah rasa pada makanan. Meskipun begitu bagi anak-anak utamanya masih balita, sebaiknya tidak diberikan terlalu banyak garam atau makanan yang tinggi garam. Beberapa diantaranya yaitu makanan kemasan, daging olahan seperti sosis, keripik dengan tambahan garam, makanan cepat saji, dsb. Hal ini juga bisa memicu risiko masalah kesehatan.

Melansir Mayo Clinic, Central for Disease Control (CDC) menyebut,  sekitar 9 dari 10 anak mengonsumsi natrium lebih banyak dari yang direkomendasikan. Sumber utama kelebihan natrium adalah makanan olahan. Sedangkan, sekitar 1 dari 6 anak menderita tekanan darah tinggi selama masa kanak-kanak, yang mana masih menjadi faktor risiko utama penyakit jantung dan stroke.

Maka dari itu penting sekali bagi orangtua untuk mengurangi asupan garam pada anak tersebut. Hal ini bisa dimulai dengan memeriksa label gizi untuk mengetahui jenis makanan dengan  sedikit garam. Selain itu, kamu juga bisa membuat makanan olahan sendiri di rumah yang  tentu lebih terjamin nilai gizinya.

Verified Writer

Aprilia Nurul Aini

Have a blast!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya