TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Tanda Kamu Mengalami Alergi Perekat, Simak Cara Mengatasinya!

Bisa muncul meski sebelumnya tidak memiliki alergi 

ilustrasi plester anak (pexels.com/CDC)

Pernah gak, sih, ketika kamu menggunakan produk berperekat, seperti plester, koyo, patch transdermal, atau perban berperekat, lalu muncul ruam dan gatal di area kulit tersebut? Nah, bisa jadi kamu mengalami alergi perekat (adhesive allergy).

Secara medis, alergi perekat termasuk bentuk dermatitis kontak, yang bisa timbul sebagai reaksi dermatitis kontak alergi atau dermatitis kontak iritan. Kedua jenis dermatitis kontak ini dapat menyebabkan kondisi yang hampir sama. Namun, karakteristik gejalanya sedikit berbeda.

Untuk mengetahui tanda dan gejala alergi perekat lebih lanjut, simak ulasannya berikut ini, yuk. Jangan-jangan kamu mengalaminya juga, nih!

Baca Juga: 5 Hewan yang Cocok Dipelihara Jika Kamu Memiliki Alergi Bulu

1. Tanda dan gejala alergi perekat

ilustrasi mengobati luka (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Meski bisa muncul sebagai dermatitis kontak iritan, pada kebanyakan kasus, alergi perekat sering kali dilaporkan sebagai dermatitis kontak alergi. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala alergi umum, seperti ruam merah, gatal, dan pembengkakan.

Namun, gejala dermatitis kontak alergi biasanya tidak hanya memengaruhi area kulit yang kontak saja, tetapi juga bisa meluas ke area kulit sekitarnya. Sedangkan, pada dermatitis kontak iritan, hanya terbatas pada area yang terkena iritan saja. Gejala dermatitis kontak alergi pada alergi perekat biasanya lebih parah dan membutuhkan waktu beberapa minggu untuk sembuh.

Adapun gejala umum alergi perekat, termasuk:

  1. Ruam merah dan gatal yang sangat mengganggu.
    Timbul benjolan kecil (papula).
  2. Pembengkakan.
  3. Kulit kering dan mengelupas.
  4. Muncul lepuh kecil (vesikel) atau lepuh besar (bula).
  5. Terjadi penggelapan kulit sementara (hiperpigmentasi) terutama di area kulit yang terkena perekat.

2. Penyebab alergi perekat

ilustrasi seseorang mengalami masalah kulit (freepik.com/karlyukav)

Alergi perekat yang muncul sebagai dermatitis kontak alergi biasanya dipicu karena reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap zat alergen (sumber alergi) yang terkandung dalam perekat. Ini bisa berasal dari berbagai sumber, misalnya, bahan lem perekat, bahan perban, atau justru kandungan obat di dalam produk perekat tersebut.

Dilansir Verywell Health, produk perekat dapat mengandung dua alergen utama dalam lem, seperti cairan 2-oktil sianoakrilat dan monomer n-butik sianoakrilat. Bahan-bahan tersebut dapat memicu reaksi sensitivitas pada beberapa orang yang dapat memicu alergi. Terkadang, produk perekat juga dibuat dari lateks, yang juga merupakan alergen umum.

Selain dari sumber tersebut, alergi perekat juga bisa terjadi akibat obat yang ditambahkan dalam produk perekat tersebut. Misalnya, yodium dalam desinfektan kulit Betadine atau Neosporin yang juga bisa memicu alergi pada kulit.

Sementara itu, jika alergi perekat muncul sebagai dermatitis kontak iritan, ini biasanya dipicu oleh kandungan bahan beracun atau bersifat iritan dalam produk perekat. Bahkan, penggunaan balutan yang ketat saja bisa menyebabkan alergi perekat.

Baca Juga: 5 Penyebab Sinus, Bisa Karena Virus dan Alergi?

3. Diagnosis alergi perekat

ilustrasi pemeriksaan kesehatan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Alergi perekat biasanya dapat didiagnosis sendiri tanpa harus melakukan kunjungan medis. Kondisi ini dapat dikenali dengan memperhatikan ruam yang selalu muncul setiap kali penggunaan perekat atau plester.

Namun, jika kamu tidak yakin dengan penyebabnya, kamu dapat mengunjungi dokter untuk mendapatkan diagnosis resminya. Jika penyebab ruam atau gejala dermatitis kontak alergi tidak diketahui, dokter mungkin akan melakukan beberapa pengujian, termasuk:

  • Uji tempel: ini merupakan uji alergi dengan menempelkan alergen umum ke kulit punggung menggunakan tempelan perekat non-lateks.
  • Uji tusuk kulit: pengujian alergi dengan membuat tusukan kecil dikulit dan memasukkan alergen.
  • Tes imunoglobulin E (IgE): ini merupakan tes alergi melalui sampel darah.

Verified Writer

Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya