TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kenapa Kita Wajib Batasi Makanan Berlemak saat Buka Puasa? 

Lemak hanya berdampak baik jika dikonsumsi sesuai batas

ilustrasi berbuka puasa (freepik.com/freepik)

Umat Islam di seluruh dunia kini sedang menjalankan ibadah puasa Ramadan. Pola makan akan berubah di bulan suci ini sehingga perlu penyesuaian agar tubuh tetap sehat dan produktif di siang hari. Sayangnya, ketika pola makan tidak tepat, gangguan kesehatan rentan untuk muncul. Biasanya yang sering terjadi adalah tubuh kekurangan air dan serat, serta konsumsi makanan berlemak yang berlebihan.

Lemak sendiri memang dibutuhkan tubuh dalam jumlah tertentu. Zat ini merupakan satu dari tiga makronutrien penting bagi tubuh selain karbohidrat dan protein. Lemak menyuplai energi yang lebih besar dibandingkan makronutrien lainnya, yaitu sebesar 9 kkal/gram, sedangkan karbohidrat dan protein sebesar 4 kkal/gram. Selain itu, lemak juga diperlukan dalam penyerapan vitamin A, D, E, dan K di tubuh.

Makanan berlemak memang jadi menu favorit banyak orang ketika buka puasa. Namun, konsumsi lemak harus dibatasi, terutama saat buka puasa dan kondisi perut sedang kosong. Asupan makanan berlemak yang berlebihan akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan. Kenapa ini bisa terjadi? Berikut penjelasan ilmiahnya!

1. Lemak butuh waktu yang lebih lama untuk dicerna

ilustrasi makanan berlemak (pexels.com/Horizon Content)

Pada dasarnya, setiap orang mencerna makanan berlemak dalam waktu yang berbeda-beda. Dikutip dari laman Biom Probiotics beberapa faktor yang memengaruhi seperti kondisi psikologis, usia, jenis kelamin, kondisi mikrobiota usus, hingga jenis makanan yang dikonsumsi dikonsumsi.

Makanan tinggi protein dan lemak, seperti daging dan makanan yang digoreng, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dicerna daripada makanan berserat tinggi, seperti buah dan sayuran. Secara umum, makanan berlemak dapat dicerna sepenuhnya sekitar 24 hingga 72 jam lamanya bagi tubuh.

2. Meningkatkan kadar gula darah

ilustrasi tes gula darah (pexels.com/Artem Podrez)

Lemak jenuh dan lemak trans pada dasarnya tidak secara langsung menyebabkan meningkatnya gula darah. Namun, keduanya dapat meningkatkan kadar kolesterol darah dan menyebabkan resistansi insulin, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan risiko diabetes. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Medicine tahun 2023 mengatakan bahwa diet tinggi kalori dan tinggi lemak pada pria Jepang non-obesitas menyebabkan penumpukan lemak ektopik (lemak di lengan atas) dan gangguan sensitivitas insulin pada hati dan otot.

Di sisi lain, ulasan tahun 2015 yang dilaporkan dalam Lipids in Health and Disease, menyatakan bahwa asupan lemak berlebih juga akan menyebabkan akumulasi lemak pada jaringan non-adiposa yang disebut lipotoksisitas. Peningkatan lipotoksisitas pada gilirannya akan menyebabkan metabolisme dan pembangkitan energi menjadi terganggu dan memicu penyakit kronis seperti diabetes.

3. Meningkatkan kadar kolesterol

ilustrasi makan berlemak sebabkan obesitas (freepik.com/studioredcup)

Asupan makanan lemak berlebih juga dapat meningkatkan kadar kolesterol di dalam darah. Dalam jangka panjang, akumulasi lemak jenuh dalam tubuh dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Apabila hal ini dibiarkan, dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti penyakit stroke dan jantung koroner.

Asupan lemak berlebih ini berhubungan dengan peningkatan kadar kolesterol total dan kolesterol low-density lipoprotein (LDL). Sehingga pada gilirannya menyebabkan metabolisme lipid abnormal, dan kelainan lipid darah yang merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskular (Nutrient, 2023).

Baca Juga: Buka Puasa Makan Takjil Dulu atau Nasi, Mana Lebih Baik?

4. Memicu naiknya asam lambung

ilustrasi makan berlemak picu asam lambung (pexels.com/Sora Shimazaki)

Makanan yang mengandung lemak tinggi dapat menyebabkan naiknya asam lambung. Penelitian yang dilakukan Adam Fabisiak yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Medicine tahun 2020 melaporkan bahwa pola makan tinggi lemak khususnya lemak jenuh dapat menyebabkan gastroesophageal reflux disease (GERD) melalui peningkatan ekspresi free fatty acid receptors (FFARs).

Selama proses pencernaan lemak terjadi ekskresi hormon kolesistokinin yang memicu melemahnya sfingter esofagus bagian bawah. Sfingter esofagus adalah otot yang bertugas untuk mencegah isi lambung mengalir ke esofagus atau kerongkongan. Jika otot itu melemah, refluks asam lebih mudah naik ke kerongkongan dan menyebabkan sensasi perih atau terbakar pada ulu hati (ACTA Otorhinolaryngolica Italica, 2006).

Di samping itu, tubuh membutuhkan waktu lebih lama untuk mencerna makanan berlemak. Hal ini menyebabkan pengosongan lambung melambat dan menyebabkan meningkatnya produksi asam lambung.

5. Memicu diare

ilustrasi makan berlemak sebabkan gangguan percernaan (freepik.com/freepik)

Berdasarkan ulasan dalam jurnal Turkish Journal of Gastroenterology tahun 2023, menyatakan bahwa pola makan tinggi lemak dan tinggi protein dapat menyebabkan defisiensi dan menurunkan aktivitas laktase yang selanjutnya dapat menyebabkan terjadinya diare. Jika dibiarkan menjadi kronis, diare dapat menyebabkan malnutrisi sebagai akibat tubuh tidak dapat menyerap nutrisi dengan baik.

Selain itu, asupan tinggi lemak menyebabkan ketidakseimbangan mikrobiota dalam usus. Sebuah tinjauan sistematis dalam jurnal Clinical Nutrition tahun 2019 menunjukkan bahwa asupan lemak jenuh yang lebih tinggi secara signifikan menurunkan keaneragaman dan keseimbangan mikroba dalam usus manusia.

Keaneragaman dan keseimbangan mikrobiota usus berkaitan dengan kesehatan manusia. Keseimbangan mikrobiota usus yang terganggu dapat menyebabkan enteric dysbacteriosis dan berbagai penyakit gastrointestinal dan sistemik.

Verified Writer

Niko Utama

Hi, People usually call me Niko. Medical health is a science that I have studied. Currently I work as a freelance writer, radio announcer and lecturer at a private university in Surabaya.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya