Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Pernahkah mendengar 80 persen penyakit seseorang disebabkan oleh pencernaan. Juga, pernahkah mendengar kurang tidur menyebabkan seseorang menjadi rentan sakit, lemah dan mengalami masalah kesehatan mental?
Bukankah memiliki pikiran yang positif juga sangat berpengaruh terhadap tubuh yang lebih sehat? Pergaulan yang luas membuat hati senang turut berperan penting dalam kesembuhan seseorang dari penyakit.
Jadi, bisa kamu simpulkan bahwa kebutuhan dasar manusia menjadi faktor penting yang mempengaruhi kesehatan. Seperti apa penjelasannya? Yuk simak seperti di bawah ini.
1. Tak hanya makanan yang sehat, tapi cara makan yang benar berdampak pada kesehatan
Ilustrasi makanan sehat (pexels.com/Mikhail Nilov) Bisakah dibayangkan bahwa dalam ususmu terdapat mikrobioma yang terdiri dari bakteri dan mikroorganisme. Bakteri dalam usus membantu memecah makanan menjadi nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Dengan demikian, mikrobioma usus berdampak pada kesehatan fisik. Sehingga, kamu juga harus memperhatikan makanan yang kamu konsumsi. Sebab, makanan yang masuk ke dalam usus berdampak terhadap jenis dan keseimbangan bakteri dalam usus, dilansir laman Better Health Channel.
Masih berdasarkan laporan yang sama bahwa selain berdampak pada kesehatan fisik, makanan yang dikonsumsi juga berdampak pada penyakit yang diderita sebab beberapa mikroorganisme berbahaya untuk kesehatan fisik. Penelitian menunjukkan bahwa mikrobioma usus dapat mempengaruhi setiap organ di tubuh kita.
Pola makan, juga tak kalah penting dalam menjaga kesehatan usus. Makan tiga kali sehari, yaitu sarapan, makan siang dan makan malam konon katanya baik untuk kesehatan perut, termasuk salah satunya agar kamu terhindar dari penyakit maag. Namun, dalam penemuan terbaru para ahli mengungkapkan makan dalam porsi kecil dan lebih sering mungkin merupakan cara terbaik untuk mencegah penyakit kronis dan penurunan berat badan, dilansir laman MedicalNewsToday.
2. Cara minum yang benar demi kesehatan yang maksimal
meneguk air lebih sering dalam porsi secukupnya (pexels.com/Maurício Mascaro) Untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi memang benar dengan cara minum banyak air. Namun, pada prakteknya banyak orang memiliki kebiasaan minum terlalu banyak air sekaligus. Ini tidaklah disarankan karena membahayakan tubuh. Apa bahayanya? Menyebabkan perut kembung dan hiponatremia. Hiponatremia terjadi ketika tubuh menyimpan terlalu banyak air sehingga melarutkan kadar natrium dalam darah dan menyebabkan kadarnya berkurang karena itulah mempengaruhi fungsi sistem saraf dan tekanan darah, dilansir laman Reliancedigital.
Masih dilansir laman yang sama bahwa praktek terbaik untuk memenuhi kebutuhan air dalam tubuhmu adalah dengan meneguk air lebih sering dalam porsi secukupnya. Berikut ini kebiasaan minum air yang baik dan benar :
- Jangan menunggu sampai haus
- Minum air sebelum dan sesudah bangun tidur
- Jangan minum air sebelum makan, kecuali bertujuan menurunkan berat badan
- Jangan hanya minum air, perbanyak makan sayur dan buah
Juga, perlu diketahui bahwa total asupan cairan yang dibutuhkan individu bisa berbeda-beda tergantung usia, jenis kelamin, status kehamilan, dan status menyusui. Total asupan cairan yang dibutuhkan tubuh termasuk dari air putih, buah dan sayuran yang mengandung banyak air.
3. Kekurangan tidur sangat bahaya bagi tubuh
Insomnia dapat mempengaruhi secara negatif terhadap memori jangka pendek dan jangka panjang (pexels.com/Kunno Jayson) Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat vital, sebab selama tidur terjadi proses regenerasi tubuh dan karenanya kekurangan tidur sangat bahaya bagi tubuh karena artinya proses regenerasi akan terganggu. Dampaknya, tubuh menjadi lemah, rentan sakit dan bahkan mempengaruhi kesehatan mental secara negatif. Misalnya, gangguan tidur seperti insomnia, disebut sebagai salah penyebab masalah kesehatan mental.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Oleh karenanya, sebagaimana dilansir AASM Sleep Education, perilaku individu di siang hari, dan terutama sebelum tidur, dapat berdampak besar pada bagaimana seseorang tidur, yaitu meningkatkan kualitas tidur yang sehat atau berkontribusi terhadap sulit tidur.
Perilaku individu yang dimaksud, misalnya apa yang dimakan dan diminum, obat-obatan yang dikonsumsi, bagaimana kamu beraktivitas sepanjang hari-hari dan bagaimana kamu menghabiskan malam hari.
Penyakit gangguan tidur, seperti sulit tidur saat malam hari atau sering terbangun dari tidur sepanjang malam dikelompokkan ke dalam insomnia. Insomnia itu sendiri bisa menjadi penyakit utama atau dampak yang terkait kondisi lainnya misalnya stress, jet lag, makan malam menjelang tidur, lingkungan yang kurang mendukung untuk tidur berkualitas, penyakit mental, mengkonsumsi obat-obatan, kondisi medis tertentu dan sebagainya, dilansir laman Mayo Clinic.
Baca Juga: 5 Gangguan Tidur Mengerikan yang Lebih Buruk daripada Insomnia
4. Pikiran positif membuat tubuh jauh lebih sehat
Ilustrasi Pikiran positif (pexels.com/Radu florin) Mungkin kamu sering mendengar, bahwa pikiran positif membuat tubuh jauh lebih sehat. Hal ini dibenarkan para ahli, walau mereka masih belum meyakini hubungan antara kesehatan dan pikiran positif. Namun demikian, mereka menduga bahwa orang dengan pikiran lebih positif mungkin lebih terlindungi dari kerusakan akibat stres. Kemungkinan lainnya, harapan dan sikap positif membantu orang membuat keputusan tentang kesehatan dan hidup secara lebih baik serta lebih fokus pada tujuan jangka panjang. Penelitian juga menemukan bahwa emosi negatif dapat melemahkan respons imun, dilansir laman Johns Hopkins Medicine.
Masih dilansir dari laman yang sama, bahwa sikap yang positif dapat meningkatkan hasil dan kepuasan hidup dari berbagai kondisi, termasuk cedera otak traumatis, stroke, dan tumor otak.
Faktanya, orang-orang dengan riwayat penyakit jantung dengan cara pandang positif, sebagaimana yang diungkapkan seorang para pakar, Lisa R. Yanek, M.P.H. dan koleganya, dilansir Johns Hopkins Medicine, sepertiga lebih kecil kemungkinannya mengalami serangan jantung atau kejadian kardiovaskular lainnya dalam waktu lima hingga 25 tahun dibandingkan mereka yang memiliki cara pandang negatif.
Penemuan yang sama berlaku pada pasien dengan riwayat keluarga paling berisiko terhadap penyakit arteri koroner, dimana mereka yang memiliki cara pandang positif. Kelompok ini termasuk dalam kategori yang memiliki kemungkinan 13 persen lebih kecil terkena serangan jantung atau kejadian koroner lainnya dibandingkan rekan mereka yang memiliki cara pandang negatif.