Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sustainable Development Director Danone Indonesia Karyanto Wibowo, Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, Bupati Lombok Barat, H. Fauzan Khalid, S.Ag, M.Si. (IDN Times/NuruliaRF)

Dalam rangkaian momentum peringatan Hari Gizi Nasional 2023, Danone Indonesia memperkuat kolaborasi untuk mendorong asupan protein hewani untuk pencegahan stunting.

Sebagai upaya menggaungkan edukasi program pencegahan stunting, Danone Indonesia menggelar kegiatan “Aksi Gizi Generasi Maju” bertajuk “Wujudkan Generasi Maju Bebas Stunting dengan Isi Piringku kaya Protein Hewani” pada 9–10 Februari 2023 di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Acara ini turut dihadiri oleh Wakil Gubernur (Wagub) Nusa Tenggara Barat, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah dan Bupati Lombok Barat, H. Fauzan Khalid, S.Ag, M.Si.

Melalui kegiatan tersebut, Danone Indonesia ingin berbagi pengalaman praktik baik kemitraan antara Pemerintah Daerah dan swasta dalam upaya edukasi pencegahan stunting dan kebersihan lingkungan di Lombok, khususnya bagi masyarakat di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Kebon Kongok, Lombok Barat, NTB. Padahal, mereka terbilang sebagai pahlawan dalam hal lingkungan, tetapi kesehatan dan kesejahteraan mereka masih menghadapi banyak tantangan.

Dengan komitmen jangka panjang yang terangkum dalam visi ‘One Planet One Health’, Danone Indonesia percaya bahwa kesehatan manusia dan kesehatan lingkungan saling terkait satu sama lain. Oleh karena itu, setiap inisiatif dan inovasi yang Danone lakukan selalu berlandaskan pada kesehatan manusia dan kebersihan lingkungan. Seperti yang dilakukan dalam rangkaian peringatan Hari Gizi Nasional, Danone Indonesia terus memperkuat kolaborasi dengan berbagai pihak dan pemerintah daerah terus berupaya mendorong adanya inisiatif dalam pencegahan stunting dan kesehatan lingkungan.

"Salah satunya melalui edukasi yang dapat berperan sebagai kunci untuk merubah perilaku masyarakat dalam upaya pencegahan stunting serta kebersihan lingkungan bagi masyarakat di NTB, serta program Lombok PET yang merupakan implementasi dalam komitmen #BijakBerplastik di 5 Destinasi Super Prioritas (DSP)," kata Sustainable Development Director Danone Indonesia Karyanto Wibowo pada Kamis (9/2/2023).

Danone menyadari bahwa dukungan dan kolaborasi semua pihak penting untuk terus diperkuat sebagai upaya untuk penanganan dan pencegahan stunting dan kebersihan lingkungan. Terutama di wilayah Indonesia timur yang masih perlu mendapat dukungan dan perhatian semua pihak.

Untuk itu, secara berkelanjutan Danone Indonesia terus berkontribusi pada upaya pencegahan stunting telah diimplementasikan di beberapa provinsi di Indonesia bagian timur, di antaranya juga dilakukan di NTB.

Upaya pencegahan stunting sejalan dengan visi keberlanjutan Danone Indonesia untuk membawa kesehatan melalui produk nutrisi, hidrasi, hingga program berkelanjutan ke sebanyak mungkin masyarakat Indonesia, termasuk di Lombok, NTB. Oleh karena itu, Danone Indonesia akan terus berkolaborasi dengan keahlian yang dimiliki untuk mendukung pemerintah dalam upaya pencegahan stunting.

“Kami meyakini bahwa edukasi gizi serta perilaku hidup bersih dan sehat yang diiringi kesadaran menjaga kebersihan lingkungan termasuk mengentaskan permasalahan sampah plastik sangat penting dalam mempersiapkan anak-anak Indonesia untuk tumbuh maksimal menjadi generasi maju. Seperti upaya yang telah dilakukan di Lombok melalui kegiatan Aksi Gizi Generasi Maju dimana kami mengadakan edukasi gizi kepada lebih dari 150 masyarakat yang berada di sekitar TPA Kebon Kongok, Lombok Barat, NTB.

Selain itu, diadakan juga lomba mewarnai PAUD dan lomba menghias ketupat dengan kaidah Isi Piringku yang merupakan upaya kami untuk memperkenalkan gizi seimbang yang kaya protein hewani kepada ibu dan anak-anak disana melalui kegiatan yang menyenangkan. Kedepannya Danone Indonesia akan terus melakukan berbagai inisiatif dan kolaborasi yang berkelanjutan guna mendukung pemerintah mewujudkan Generasi Emas 2045," kata Karyanto.

Wagub NTB Sitti: Masih banyak tantangan yang harus dihadapi

“Aksi Gizi Generasi Maju” bertajuk “Wujudkan Generasi Maju Bebas Stunting dengan Isi Piringku kaya Protein Hewani” yang diselenggarakan pada 9-10 Februari 2023 di Lombok, NTB. (Dok. Danone)

Wagub Sitti mengatakan, "Kami menyadari masih terdapat tantangan yang dihadapi di NTB dalam upaya untuk menurunkan prevalensi kasus stunting. Salah satunya dengan terus meningkatkan pemahaman masyarakat terkait pola hidup sehat, khususnya mereka yang berada di daerah pedesaan. Oleh karena itu, berbagai upaya terus dilakukan Pemprov untuk menekan angka stunting di NTB. Di antaranya pencapaian yang telah ditunjukkan oleh kabupaten di NTB yaitu Kabupaten Lombok Barat telah bisa melakukan Deklarasi Tuntas 5 Pilar STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat), yang meliputi Stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun di air mengalir, pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengamanan sampah rumah tangga dan pengamanan limbah cair rumah tangga. Hal tersebut dapat tercapai berkat peran aktif posyandu.”

Penanganan stunting memang pekerjaan berat yang perlu dukungan dan kolaborasi semua pihak, bukan hanya pemerintah dari tingkat desa, kabupaten kota hingga provinsi, namun juga pihak swasta dan masyarakat. Jika bergotong royong, maka semua bisa dihadapi untuk mengatasi tantangan penanganan dan pencegahan stunting di NTB.

“Kami sangat mengapresiasi berbagai inisiatif dan kontribusi yang telah dilakukan Danone Indonesia untuk pembangunan kesehatan dan lingkungan di NTB, sehingga bisa berdampak positif bagi kesehatan masyarakat dan mendapatkan haknya baik dari segi kesehatan. Hal ini sejalan dengan komitmen Provinsi NTB untuk jadi salah satu provinsi di Indonesia yang layak anak,” tambah Sitti.

Angka stunting di Lombok Barat mengalami penurunan dari 20,72 persen pada tahun 2021 menjadi 18,98 persen pada Agustus 2022. Penurunan ini berkat berbagai intervensi yang dilakukan bersama Pemprov NTB.

Sitti mengatakan bahwa NTB sedang perang, yaitu perang stunting, kematian bayi, kematian ibu hamil, pernikahan anak, dan berbagai masalah lainnya yang dimiliki.

"Alhamdulillah NTB punya posyandu keluarga. Posyandu kami tidak hanya melayani bayi dan ibu hamil atau tidak hanya menjadi posyandu KIA, tetapi ada posyandu untuk remaja, untuk usia produktif, dan ada untuk lansia. Jadi lengkap satu dusun dilayani, satu disa dilayani posyandu."

Sitti memuji posyandu yang dimiliki NTB, yang dianggapnya sudah bagus dan aktif.

"Angka stunting turun, angka kematian bayi turun, kematian ibu tingkat provinsi turun, tren TFR turun, skrining penyakit menular dan tidak menular meningkat dengan baik, terbaik di Indonesia," klaim Sitti.

"Semua itu bisa dilakukan karena posyandunya aktif. Lama-lama nanti pernikahan anak bisa kita edukasi, pasti angkanya akan turun. Begitu juga angka literasi dan masalah lingkungan.

Kesehatan warga sekitar TPA Regional Kebon Kongok perlu mendapat perhatian lebih

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Kebon Kongok, Lombok Barat, NTB (IDN Times/NuruliaRF)

Stunting masih menjadi menjadi tantangan permasalahan kesehatan yang dihadapi anak-anak Indonesia. Meskipun hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukkan bahwa angka stunting telah turun sebanyak 2,8 persen menjadi 21,6 persen dibandingkan dari data 2021 yang mencapai 24,4 persen, teatpi angka tersebut masih lebih tinggi dibandingkan angka yang dianjurkan WHO yaitu di bawah 20 persen.

Untuk itu, pencegahan stunting masih perlu menjadi perhatian semua pihak agar upaya untuk mempersiapkan Generasi Emas Indonesia pada tahun 2045 tidak terhambat serta target pemerintah untuk penurunan angka stunting hingga 14 persen di tahun 2024 bisa tercapai

Sebagai kelompok rentan di area rural, seperti masyarakat yang tinggal di kawasan TPA terkadang masih kurang mendapatkan perhatian khusus, terutama terkait edukasi gizi dan sanitasi. Padahal, mereka terbilang sebagai pahlawan dalam hal lingkungan. Namun, kesehatan dan kesejahteraan mereka masih menghadapi banyak tantangan.

Aminah, salah satu pemulung yang sudah bekerja selama 1,5 tahun di TPA Regional Kebon Kongok bercerita bahwa anak keduanya sempat didiagnosis stunting.

"Tiga bulan yang lalu anak saya masuk stunting. Berat badan anak kurang naik dan kurang tinggi. Waktu itu neneknya makan snack jajan. Kalau sama saya makan dulu baru snack. Kalau sama neneknya jajan langsung. Kalau nggak dikasih nangis," Aminah bercerita.

Aminah pun diberi tahu oleh bidan bahwa anak harus diberi makanan yang sehat dan karenanya ia menjadi waspada.

"Saya usahakan kasih telur dan ikan. Anak alhamdulillah gemuk," Aminah melanjutkan.

"Saya juga suruh neneknya beli ikan dan telur. Setelah dua bulan (berat anak) dari 9,2 kg menjadi 10,9 kg," katanya lagi.

Tak hanya peduli kesehatan anak, Aminah pun waspada akan kesehatannya, mengingat bekerja sebagai pemulung di TPA. Kabar baiknya, Aminah mengaku belum pernah jatuh sakit.

"Nggak ada gejala penyakit apa-apa, walaupun makannya juga di TPA. Saya pakai sarung tangan dan kita bawa air bersih sendiri. Kita makan apa aja nggak apa-apa yang penting nggak was-was. Mikirnya sehat saja."

Editorial Team